Artikel Terkini

21 Desember 2013

Masalah Gaib, Percayakah?




Arti Ghaib Secara Etimologi.

Secara tata bahasa (lughawiy) kata ghoib, menurut lisaanul arab berasal dari kata ghoba (tidak tampak, tidak hadir) kebalikan dari kata hadhoro atau dhoharo (hadir atau nampak). Dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa “wal ghaib: kullu ma ghaaba ‘anka”, artinya “ghaib itu adalah sesuatu yang absen / diluar jangkauan Anda”. Maka segala perkara yang ditetapkan bahwa manusia memang tidak mampu menjangkaunya, adalah termasuk perkara yang ghaib.

Secara tata bahasa juga arti ghaib adalah tidak terlihat sebagaimana perkataan “bil ghaib” dalam ayat :
Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya (Q.S. Al Faathir [35] : 18) Perkataan “yakhsyauna robbahum bil ghoib artinya adalah takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya. 
Maka istilah ghaib di sini adalah tidak melihatNya
الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُم مِّنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ
Yaitu orang yang takut akan adzab Tuhannya walaupun mereka tidak melihatNya (QS. 21:49)

Ghaib juga berarti ada, tapi tidak diketahui kecuali Allah saja seperti pada (QS. 27:65)
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
Perkataan “ghoib” pada ayat di atas, diapit sebelumnya dengan kata “laa ya’lamu” dan berikutnya dengan kata “illa Allah”.


Arti Ghaib Secara Istilah / Maknawiy.

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (Q.S. Al-Baqarah : 2-3)

Menjelaskan ayat di atas tafsir Jalalain mengatakan yang dimaksud dengan hal ghaib dalam ayat itu adalah masalah hari kiamat, surga dan neraka.
Dia adalah Tuhan Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (Q.S. Al-Jin : 26)

Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? (Q.S. An-Najm [53] : 35)

Katakanlah: “Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya (Q.S. Az-Zumar [39] : 46)

Menurut Jalalluddin Asy Suyuthi yang dimaksud dengan hal ghaib yang hanya Allah saja yang mengetahui itu meliputi 5 hal yaitu : Kiamat, Hujan (cuaca), Kondisi Janin Dalam Rahim, Rejeki, Dan Kematian. Hal ini berdasarkan firman Allah sbb :
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati” (Q.S. Luqman [31] : 34)

Diperkuat lagi dengan ayat lainnya bahwa di antara hal ghaib adalah masalah kematian, kapan manusia mati, dan bagaimana manusia mati, di belahan bumi mana manusia mati.
Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Q.S. Saba [34] : 14) 

Diperkuat lagi dengan ayat lainnya bahwa di antara hal ghaib adalah masalah kiamat,
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu (Q.S. Saba [34] : 3)

Seorang ulama Syiria, Sa’id Hawwa berkata dalam kitab tafsirnya, bahwa setan adalah salah satu zat yang ghaib, kita beriman kepadanya (percaya akan adanya setan). Kita juga beriman kepada semua yang ghaib yang diberitahukan melalui teks-teks agama kepada kita. Kita memperlakukan hal-hal yang ghaib sesuai tuntunan firman Allah dan hadits Rasul. (Al Asas fii Tafsir Jilid I)

Menafsirkan Q.S. 2 : 3-5, Sa’id Hawwa mengatakan : “ghaib”ialah segala yang tidak kelihatan bagi manusia” Apa saja yang termasuk masalah ghaib yaitu apa saja yang disampaikan oleh Nabi SAW baik yang berkaitan dengan masalah hari berbangkit, hisab (perhitungan di akhirat) maupun berhubungan dengan masalah penciptaan, pahala dalam sholat sebagaimana kelanjutan ayat wa yuqiimuna sholah, dan masalah rezeki sebagaimana dalam kelanjutan ayat wa mimma razaqna hum yunfiquun, kemudian beriman pada kitab kitab sebagaimana ayat walladziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika (beriman pada yang diturunkan kepadamu yaitu kitab2 para Nabi), serta percaya pada hari akhirat sebagaimana kelanjutan ayat wa bil aakhiroti hum yuuqinuun” (Lihat Al Asas fii Tafsir Jilid I)

Kesimpulannya : Tidak benar jika yang dimaksud hal ghaib di sini adalah hanya masalah Allah saja. Karena masalah lainnya yaitu hal ihwal hari kiamat, surga neraka, pahala dan dosa, makhluk2 Allah yang tidak nampak (yaitu jin dan malaikat), hujan (cuaca), kondisi janin dalam rahim, nasib manusia, takdir, rejeki, jodoh dan kematian termasuk masalah ghaib.


Apa Yang Perlu Kita Sikapi Terhadap Hal Gaib Ini?
 
Seperti kita ketahui sikap manusia mengenai masalah ghaib terbagi pada 2 sikap ekstrim, yaitu yang satu 100% tidak percaya dengan hal-hal ghaib, dan yang satu lagi percaya 100% dengan hal ghaib namun mengikuti pemahaman nenek moyangnya dan mempraktekkan sisa-sisa ritual nenek moyangnya yang keliru. Mereka ibarat kutub utara dan kutub selatan, dua-duanya ekstrim dan keliru.

Di satu sisi, dunia modern saat ini serba materialistis, semua orang berfikir terbatas pada apa yang bisa dilihat di depan mata, dan sebatas apa yang bisa diindera oleh panca indera kita saja. Maka masyarakat yang telah tersentuh pendidikan modern yang materialistis cenderung tidak percaya dengan hal-hal ghaib. Mereka tidak percaya hantu, mereka tidak percaya adanya jin, dan akhirnya meragukan adanya surga dan neraka, meragukan adanya dosa dan pahala, bahkan secara terselubung maupun terang-terangan tidak percaya adanya Tuhan. Inilah filsafat materialisme yang diusung oleh Hegel, Karl Marx dan Lenin yang mengatakan bahwa ide adanya Tuhan berangkat dari ketidak mampuan manusia sehingga mencari pembenaran akan adanya dzat yang lebih kuasa.

Maka tidak usah heran jika manusia modern terang-terangan berani berbuat dosa karena sebenarnya secara tidak sadar atau implisit mereka tidak percaya akan adanya dosa, tidak percaya hari akhirat dan kiamat dan tidak percaya adanya kuasa Tuhan. Dalam seminar motivasi diri, kita diindoktrinasi bahwa kitalah yang menentukan nasib kita, bahkan ada yang secara sombong berkata “kitalah yang menuliskan takdir kita sendiri”. Ini termasuk dalam katagori tidak beriman kepada yang ghaib, dan ini bukan masalah sepele, karena ini adalah masalah aqidah.

Sementara di sisi ekstrim lainnya, kita saksikan sisa-sisa manusia tradisional, terutama di masyarakat Timur yang masih mempercayai adanya hal-hal ghaib bahkan sebagian mereka masih mempraktekkan tradisi dan ritual tertentu, seperti sesaji dan persembahan kepada makhluk ghaib. Mereka percaya pada takdir baik dan buruk, mereka percaya bahwa rezeki ada yang mengatur namun hal itu semua mereka gantungkan kepada dzat supranatural yang menguasai alam, seperti nyai loro kidul yang menguasai laut, dewi sri yang mengusai kesuburan tanah, dsb

Pemahaman mereka akan keberadaan makhluk ghaib serta fenomena peristiwa aneh yang terjadi di sekitar kita dilandasi oleh teori-teori yang disusun berdasarkan dugaan-dugaan nenek moyang.

Dan mereka hanya menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh. (Q.S. Saba [34] : 53)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Q.S. Al-Baqarah : 170)

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk (Q.S. Al-Maidah : 104)

 “Mereka menjawab: sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.” (Q.S. Asy Syu’araa’ [26] : 74)

Ustadz Abbas Mahmud Aqad berkata dalam kitabnya berjudul “Iblis” berkata pada zaman sekarang ini terjadi serangan besar-besaran terhadap segala hal yang gaib, pembahasan masalah ghaib dianggap tidak ilmiah dan mistik. Ada juga aliran rasional yang menganggap semua hal yang gaib adalah tidak masuk akal dan semua teks yang berkaitan dengan hal ghaib dianggap kiasan dan ditakwilkan.

Maka dari itu sangat penting untuk mendudukan hal tersebut secara benar dan meluruskan pemahaman masyarakat tentang alam ghaib. Karena tidak beriman orang yang menolak adanya ghaib sebagaimana firman Allah di awal surat Al-Baqarah :
“(yaitu) mereka yang berimankepada yang ghaib” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 3)

Sedangkan orang yang percaya pada yang ghaib namun dengan pemahaman dan persangkaan yang salah tidak sesuai dengan petunjuk Allah juga bisa terjatuh atau terjebak pada perbuatan syirik (menyekutukan Allah).

***

Tidak ada komentar:


arsitekartikelblog directoryindonesian palm oilpalm oil investment

KOMENTAR MY DIARY BLOG

http://cam-chat.cbox.ws/