Artikel Terkini

22 April 2014

ADA APA DENGAN JOKOWI ?


 (Dibawah ini beberapa informasi yg saya copas dari beberapa situs web/blog)

RAHASIA DIBALIK CITRA DAN POPULARITAS JOKOWI.

Setelah kesuksesan politik pencitraan ala SBY sepuluh tahun lalu, kini muncul politik pencitraan gaya baru. Kali ini melibatkan dukungan masif semua media baik cetak, elektronik, online, maupun sosial.

Adalah jokowi yang digadang-gadang untuk jadi presiden dan diblow-up habis-habisan oleh media-media mainstream. Dukungan secara masif itu bisa dibilang tidak wajar karena jokowi yang adalah seorang muslim justru tidak “laku” di media Islam seperti voa-islam, arrahmah, suara-islam, dll. Bukankah kalau seorang muslim sangat luar biasa dalam memimpin, maka media-media muslim justru akan ikut memberitakannya dengan bombastis? Tapi bukannya diberitakan secara bombastis, jokowi justru diberitakan secara negatif di media-media muslim tersebut, aneh !


Keanehan ini ditambah dengan adanya informasi bahwa kebanyakan media mainstream terindikasi dibayar untuk pencitraan jokowi. Menurut informasi, media-media tersebut adalah:

1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan, Jakarta Globe, Suara Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus Life, Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady (Lippo Grup), konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan terlibat Lippo Gate yg terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap memberikan dana politik illegal kepada timses capres Demokrat Bill Clinton.

2) Media lain yang dikontrak mahal untuk pencitraan palsu Jokowi adalah Detik Grup. Ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT, tapi sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com Setiap hari, detikcom memuat berita tentang pencitraan palsu Jokowi puluhan bahkan kadang lebih 100 berita.

3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi, tapi tetap punya KANAL BERITA KHUSUS.

4) Jawa Pos Grup. Tidak melibatkan semua media milik Dahlan Iskan yang jumlahnya 185 TV, Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos Grup dikontrak.

5) Yang paling gencar jilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka. Ada saja berita (palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan Milyar.

6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg orbitkan Jokowi dengan penghargaan “10 Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hny karena bisa pindahkan PKL.

7) Tribunnews Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk pencitraan palsu Jokowi. Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu / Dahlan Iskan)

8) Metro TV, ga tahu sekarang dibayar berapa untuk kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai 2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan Milyar.

9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah menjadi cukong utama. Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu James Riady.

10) Media raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV, Vivanewscom dll) milik Bakrie meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya kurang dari 30%.

11) Selain media cetak, televisi mainstream, sosial media seperti twitter, facebook, kaskus dll juga dikontrak khusus. Lihat saja di sini. Bahkan di twitter juga mulai ada akun relawan yang berusaha menjelaskan dengan kata-kata manis mengenai tingkah-polahnya yang anomali pada tiap akun yang berkomentar negatif. Rumornya ia memiliki buzzer sebanyak 1500-2000an yang mengelola lebih dari 10.000 akun sosial media .

 Buzzer adalah semacam pasukan bayaran online, yang siap menjaga reputasinya di internet dengan cara menyusup di berbagai forum dan kolom komentar untuk mendongkrak citranya. Para buzzer bayaran ini akan berkomentar positif tentangnya dan menyerang habis-habisan mereka yang tidak melihatnya sebagai “dewa”. Dulu waktu pilkada DKI, selain orang-orang yang permanen kelola akun untuk pencitraan Jokowi, dibentuk juga Tim Jasmev. Puluhan Milyar biayanya.

Banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Untuk mendeteksi akun pembela Jokowi palsu tidak sulit. Salah satunya, banyak hal yang disampaikan sangat tidak masuk akal.

Praktisi Teknologi Informasi, Chafiz Anwar mengatakan ciri-ciri akun palsu yang digunakan, segi jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela Jokowi. Padahal, hal itu tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli secara bersamaan.

“Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli,” katanya.

Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, menurut Chafiz, adalah dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk masalah Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti itu pernah dialami terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf dan itu bisa ditegaskan kepalsuannya.

“Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online itu. Baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan, itu sangat tidak mungkin. Kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa saja terdiri dari puluhan orang,” tambahnya.

Yang paling mungkin kata dia lagi, yang baca satu orang tapi orang ini memegang ratusan akun. Hal ini bisa dilihat jelas dari komentar-komentar pendukung Jokowi.

Ciri lainnya yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan identitas para pemain akun ini. Biasanya mereka kata Chafiz, menggunakan nama-nama palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun.
“Yah satu orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan foto yang sama.Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki 100 akun,” kata Chafiz.

Mereka jelasnya lagi menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu.
“Misalnya kalimat Jokowi belum pantas jadi presiden.Mesin mereka ini berjalan seperti halnya mesin pencari google,begitu mesin mendeteksi ada kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan,mereka akan bergerak cepat dan membalas kalimat-kalimat tersebut,” tegasnya.

Terakhir dirinya mengingatkan masyarakat untuk tidak terpancing dengan settingan provokasi maupun ajakan yang mereka mainkan,karena itulah tujuan mereka. Masyarakat jangan sampai terperdaya oleh provokasi mesin yang mereka mainkan.

“Pilih saja dengan cerdas dengan menelusuri rekam jejak para kandidat calon presiden.Jangan percaya dengan permainan seperti ini,”tandasnya.


Pendapat Amien Rais.

Pendapat senada disampaikan oleh Bapak Reformasi Indonesia Prof. DR. Amien Rais MA. Tokoh bangsa yang pertama kali mewacanakan suksesi kepemimpinan nasional di tengah kuatnya rezim Soeharto. “Jadi ketika saya bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi karena ada substansi pelan-pelan orang terbuka,” ujar Amien Rais dalam wawancara khusus dengan INILAH.COM di kediaman pribadinya di bilangan Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2013).

Kini, Jokowi menjadi obyek kritik “Lokomotif Reformasi” ini. Secara lugas Amien mengingatkan publik agar tidak memilih pemimpin hanya berpijak pada popularitas semata. Terkait melambungnya nama Jokowi, Amien memiliki pandangan tersendiri. “Jadi secara sistematik saya melihat memang ada brain trust yang melambungkan Jokowi ke aras politik bahkan mungkin ke kursi presiden,” sebut Amien.

Selain itu, Amien juga bicara soal alasan mengapa dirinya mengritik Joko Widodo? Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga bicara soal kriteria presiden 2014 mendatang. Berikut wawancara lengkapnya:

Apa motif Anda mengkritik keras Joko Widodo?

Jadi saya sudah lama berdiam diri. Saya sesungguhnya menunggu ada sebagian intelektual, politisi, penggiat LSM, kyai, atau siapa saja yang berani memberikan kritik kepada fenomena Jokowi, yang menurut saya sudah luar biasa. Jadi secara sistematik saya melihat memang ada brain trust yang melambungkan Jokowi ke aras politik bahkan mungkin ke kursi presiden.

Padahal, kalau kita lihat ke belakang, sesungguhnya Jokowi seperti kepala derah yang lain seperti Walikota Surabaya, Walikota Yogyakarta, atau walikota yang lebih bagus lagi lebih banyak. Tetapi memang menurut saya ada usaha yang sistematik (untuk munculkan nama Jokowi), dari mobil Esemka yang pepesan kosong itu, sampai mempopulerkan Jokowi seorang walikota terbaik dari lima walikota yang ada di muka bumi, maka saya makin ngeri.

Lalu?

Sebagai orang yang belajar ilmu sosial, saya sudah menyimpulkan kesimpulan sementara, ada kekuatan modal yang akan melambungkan Jokowi sehingga kalau sampai keinginan modal besar ini berhasil, saya takut, saya kasihan Jokowi akan tersandera. Saya tidak mengatakan presiden boneka, tapi akan menurut kepada yang melambungkan yang sangat luar biasa itu.

Nah, demokrasi yang jadi kiblat kita itu, adalah demokrasi jadi-jadian yaitu demokrasi Amerika. Kita kagum dengan demokrasi Amerika, tapi kalau kita buka ini demokrasi di Amerika yang menguasai Gedung Putih, Pentagon, Capitol Hill, itu sesungguhnya adalah kompleks yang dalam istilah politik itu disebut sebagai military, industrial, congresianal, dan media complex. Jadi korporasi besar itulah yang sejatinya mendikte George Bush, Bill Clinton, Obama dan presiden-presiden sebelumnya. Jadi terkenal dengan ungkapan almarhumm Muchtar Lubis, Demokrat dan Republik itu sama saja. Satu perompak satu perampok.

Dalam Konteks Jokowi, bisa dijelaskan tentang kekuatan besar tersebut?

Hal ini makin terasa, bahwa kekuatan yang melambungkan Jokowi ke aras tertinggi itu, memang terlalu kentara. Mereka tidak bisa menahan diri, Sehingga orkestra dengan politik itu terlalu kentara, dari media massa yang seragam, pengerahan cyber troops, orang kritik Jokowi di media, nanti ada ratusan yang menghantam tanpa ampun dengan kata-kata semestinya tidak layak dan elok.

Tapi kalau seperti saya, anjing menggonggong kafilah berlalu. Saya hanya ingin menunjukkan hati-hati, kalau presiden siapapun yang bisa bertengger jadi lurah Indonesia karena dengan dukungan luar biasa dukungan modal tanpa batas itu, percayalah dia akan menjadi sandera dari pendukungnya.

Analisa Anda cenderung konspiratif, apa indikator yang paling kuat?

Jadi seperti cyber troops itu kan tidak wajar. Prabowo Subianto tidak mengalami seperti itu, SBY juga tidak ada. Jadi ini ngebet. Karena ngebet ya ketahuan. Saya punya kecenderungan, sebagai orang kampus yang dididik berfikir ilmiah itu memang tidak akan mengatakan kalau tidak yakin. Jadi kembalilah dan tengoklah Solo yang kumuh, miskin, dan gelap. Kemudian dikatakan walikotanya menjadi salah satu walikota terbaik di muka bumi. Ini konspirasi media massa.

Jadi, ini ada kompleks dari pemilik modal, pemilik media massa, kekuatan politik di DPR dan di tengah-tengah massa, sudah kena hypnotisme atau dalam bahasa INILAH.COM “nina bobo” Jokowi. Tetapi saya tidak ada pamrih kecuali mengingatkan jangan sampai kita menganggap demokrasi untuk rakyat tapi ternyata milik pemilik modal.

Sekarang sudah terbaca kan kemana proyek-proyek DKI kemana larinya? mereka kira-kira yang mendukung. Yang kita takutkan ribuan triliunan kekayaan Indonesia mulai perkebunan, pertambangan, pertanian kekayaan laut dan lain-lain. Kalau sampai presiden mendatang itu menjadi tersandera oleh kekuatan modal itu, rakyat hanya akan jadi pelengkap penderita.

Apakah Anda bisa perjelas siapa pemilik modal itu apakah dari kelangan ‘hitam’?

Saya tidak akan mengatakan hitam, cokelat, abu-abu dan lain-lain. Hampir bisa dipastikan, bahwa pemodal besar itu mesti dihinggapi patologi profit. Jadi siang-malam yang difikir adalah profit dan profit. Sementara untuk menagguk keuntungan itu angger-angger atau kaedah moral, kaedah agama, sosial etika, itu sudah terbenam.

Nah, cuma repotnya, sejak jaman dulu sampai sekarang untuk memahamkan yang cukup jelas ini kepada rakyat itu tidak mudah, bahkan kadang-kadang jadi bumerang. Tapi karena saya membaca sejarah para nabi, tokoh perubahan, memang itu, rakyat selalu mudah untuk dibelokkan kesana kemari oleh opinion leaders, media massa dan lain-lain.

Bahkan contoh telak dalam sejarah kuno bagaimana Bani Israel yang tertindak menjadi budak, ketika diajak salah satu putera terbaiknya yaitu untuk diajak keluar dari cengkeraman Firaun dari Palestina, malah salah paham, mereka malah marah sama Musa. Musa dikatakan gila. Persis seperti nabi, apalagi Amien Rais yang tidak sekutu hitamnya nabi jadi tidak pernah gusar ketika dikatakan tidak paham masalah, bodoh dan lain-lain.

Selama setahun Jokowi di Jakarta, ada capaian yang mendapat apresiasi publik seperti blusukan, lelang jabatan termasuk mengurai kemacetan di Tanah Abang. 

Apa anda tidak melihat sisi baik Jokowi?

Tanah Abang sekarang lancar, itu harus diacungi jempol. Belum banyak sesungguhnya tapi itu cukup saya catat. Memang mengatasi banjir dan macet tidak cukup dua bulan, jadi butuh satu periode kepemimpinan gubernur secara utuh. Itu pun kalu tidak ada guncangan-guncangan yang lain. Artinya, ekonomi stabil, mudah-mudahan bisa.

Terkait dengan satu periode gubernur utuh, bagaimana dengan dorongan agar Jokowi maju menjadi Capres?
Ketika pejabat disumpah demi Allah itu sesungguhnya bukan main-main. Jokowi kan disumpah lima tahun, lalu di tengah jalan terbengkalai tugasnya, karena mengincar lebih tinggi dan tergoda apa tidak menyalahi etika dan fatsoen politik.

Kritik Anda ke Jokowi mendapat perlawanan dari para pendukungnya, apa komentar Anda?

Jadi saya tahu, sebagian besar rakyat tidak sepaham dengan saya. Tapi ekstremnya, andaikan 250 juta rakyat mengatakan kita harus ke utara mendukung Jokowi, saya mengatakan pikir dulu. Kalau saya ke selatan, tapi harus ada yang mengingatkan. Karena seseorang dielukan itu akhirnya lupa. Kita belum lama toh, dulu Bung Karno kita lupa, baru beberapa tahun Pak Harto sudah seperti Bung Karno, 7 kali dipilih dengan aklamasi oleh anggota MPR.

Jadi ketika saya bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi karena ada substansi pelan-pelan orang terbuka. Spekulasi bahwa saya kritik Jokowi untuk menjodohkan Prabowo-Hatta, saya ngiri, syirik, itu tidak ada kentang kimpulnya (tidak ada korelasinya).

Jadi saya mengingatkan bangsa ini, mau mimpin lurah Indonesia, jadi tolong dipikir lebih jernih lagi untuk tidak menganut grubyug untuk latahisme, saya peringatkan yang menjadi cyber troops Jokowi itu apa tidak malu pada diri sendiri, saya sarankan sebelum tidur merenung 1-2 menit, apa yang saya lakukan betul apa tidak. Menghujat seenaknya dengan kata-kata yang kurang senonoh itu menurut saya kurang pas, ketika saya ditanya ya itu, anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.

Sehingga saya sesungguhnya punya impian, bukan kita ingin mencontoh demokrasi liberal yang brengsek itu, tetapi kalau kita ingat dalam memilih lurah saja, itu lurah tidak dipilih asal-asalan, milih bupati dan walikota tidak asal-asalan.Karena itu, sesungguhnya ada semacam gurauan, saat SBY menang, bersama kita bisa. Bisanya tidak jelas, apakah bisa melindungi alam, menegakkan hukum, meningkatkan Iptek. Saya pikir pengalaman masa lalu itu mungkin akan menjadi beban para capres itu untuk berpikir keras. Karena kalau cuma popularitas tidak menjamin.

Apakah bisa dikatakan, karena hanya modal popularitas SBY di 2004 lalu, maka hasilnya seperti saat ini?

Jadi kata orang awam itu kapan proses transisinya demokrasi berhenti, jadi masih up and down terus. Saya melihat pengalaman dari negara berkembang, dipilih karena menekan rakyatnya seperti Saddam Husein, Husni Mubarak, Moammar Khadafy, atau di negara-negara Asia para diktator itu. Tapi juga ada memang populer, Juanita Peron, karena istrinya Peron, saat pilpres menang mutlak. Tapi gak sampai setahun mundur, karena tidak ada negarawan.

Ada juga Joseph Estrada, populer menjadi bintang film tidak sampai setahun harus diganti. Nah Jokowi, soal blusukannya luar biasa, gak pernah ngantor. Kalau blusukan terus kapan kerjanya. Memang Ahok ada sebagai wakil, tapi yang megang komando adalah Gubernur. Mungkin saja, blusukan akan mengalami titik jenuh, kalau blusukan 2-3 tahun tapi masalah mendasar Jakarta belum bergeser, itu bisa juga menjadi bumerang.

Jadi sesungguhnya, saya dikatakan terlalu keras, tajam, mungkin karena tidak ada yang lain yang kritik. Saya ingat betul, saat saya menyampaikan ide suksesi Pak Harto, saya sendirian betul, sampai teman-teman diskusi saya tidak datang ke rumah saya karena takut, tapi lama-lama kemudian terbuka juga.

Kalau saya begini, saya menasehati sama-sama wong solo, popularitas Jokowi ini tidak mesti 20 tahun muncul, dia mendapatkan berkah seperti itu, Cuma sekarang ini dia diberi amanat lima tahun di DKI Jakarta sebaiknya bekerja sebaik-baiknya, dia masih muda, kalau dia sukses bisa melenggang sambil mengasah jam terbang, kalau dia bisa merefleksikan lagi sebagai calon pemimpin Indonesia, selesaikan amanat yang sudah disumpah mudah-mudahan akan jadi bagus.

Juga jangan pernah mau didikte pemilik modal. Pemilik modal itu 24 jam itu uang, uang dan uang tidak pernah berpikir si suto, noyo, duta dan waru. Jadi saya ada mix feeling, di samping kritik saya dianggap terlalu keras sampai ke intinya, tapi di balik itu ada harapan, kalau dia bisa menampung pikiran saya ini, maka dari sudut fatsoen politik, sumpah itu dipenuhi. Ketika dia disumpah ada mushaf al-Quran.

Ketika sudah selesai (5 tahun) tidak kemmudian menyulap Jakarta menjadi singapura, tidak mungkin juga, tapi Jakarta mulai rapih, mulai tertata, mulai kurang kemacetan, mulai memperoleh air bersih, sudah nampak, kemudian silakan (maju capres).

Apa makna kritik anda terkait nasionalisme Jokowi?

Sebagai kader PDI Perjuangan, dia tidak harus sama dengan Bu Mega, karena dulu yang salah tokoh-tokoh yang mengitari Ibu Mega. Dulu dua tanker Pertamina dijual, sekarang kita sewa, Indosat yang merupakan karya bangsa, tapi kemudian dijual dengan harga Rp8 triliun padahal labanya per tahun Rp3 triliun. Ini kan asset negara.

Jadi bagaimana konglomerat hitam yang ribuan triliun, diputihkan melalui release and discharge, gas tangguh di Papua diijon ke China untuk sekian puluh tahun dengan harga yang tidak berubah, flat. Gas dan maupun minyak maupun batubara itu mesti naik.

Seperti ini yang saya pikir dan Jokowi tidak usah seperti yang lain. Saya sesungguhnya ketika dia berani menolak rencana untuk sebuah tempat di Solo yang strategis untuk dijadikan mall, itu menunjukkan keberpihakan rakyat kecil. Itu Jokowi asli. Jokowi yang asli perlu dikembangkan. Jangan sampai pernah berutang kepada orang yang melambungkan karena ada udang di balik tepung.

Sisi lain Anda kritik Jokowi, sisi lain anda membangun komunikasi partai Islam?

Saya kan dari kalangan santri, ada semacam bias subyektif bahwa kalangan santri jangan sampai tidak ikut menentukan masa depan negeri ini. Padahal partai santri kalau dikumpulkan lebih tinggi dari Partai Demokrat, Partai Golkar bahkan PDI Perjuangan. Memang di kisaran 5-8 persen, tapi kalau dikumpulkan jadi kuat.

Kita tidak mungkin usul perbaiki negeri ini kalau kita bercerai berai. Kalau kita bersatu, kita punya bargaining position kepada kekuatan yang lain, dari masa depan kita bicarakan bersama Di forum UII yang digelar dua minggu sekali, selain yang datang tidak selalu sama orangnya, tapi yang jelas yang kita bicarakan belum pernah menyebut siapa yang layak jadi capres. Tapi temanya berganti-ganti seperti masalah energi, moneter, ekonomi, masa depan perbankan dan pertambangan, perpajakan, rule of law, pembelaan terhadap kaum duafa. Belum sekalipun kita bicara Capres.

Mau saya itu, kita sudah tahu, dari masukan-masukan itu kelihatan jadi agenda nasional kita itu ada skala prioritas. Pertama melindungi sumber daya alam kita dari terkaman asing, membangun clean and good governance, penanganan hukum tidak boleh tebang pilih, dan mengejar ketertinggalan Iptek kita dengan bangsa lain. Kalau agenda sama, itu lebih enak, baru bicara bagiamana masa depan karena tidak mungkin, umat Islam sendirian memikul masalah nasional sendiri. Begitu juga tidak mungkin kaum nasionalis senidirian.

Anda masih percaya politik aliran?

Masih. Sekalipun politik aliran disebut kuno. Tapi faktanya suara santri 35%. Apa kita memegang pahat atau kuas untuk melukis, jadi jangan jadi penonton. Ini forum terbuka, saya sampaikan di pertemuan saudara kita dari intel, polisi silakan datang. Jadi suasana santai, tidak pernah tegang. Walaupun yang kita bahas berat.

Saya sudah 70 tahun, saya yakin tidak ada lagi kepentingan, kecuali saya sebelum menutup mata selamanya ada perbaikan, kalau dari segi kehidupan pribadi, apa yang kurang buat saya? kalau kata orang Jawa legan golek momongan, sudah tidak ada masalah, masih cari masalah. Tapi tugas intelektual itu tidak di menara gading atau di kehidupan sendiri, tugas intelektual di tengah-tengah massa yang banyak kalau bisa memberikan kontribusi.

Ada respons dari warga Muhammadiyah?

Warga Muhamamdiyah itu punya ciri khas, politiknya terlalu netral, tidak tajam. Dibandingkan dengan teman NU, orang Muhammadiyah malah tidak tajam, karena doktrin amal sholeh terlalu banyak, kadang-kadang doktrin pemikiran tidak dibenahi, Muhammadiyah termakan rutinisme. Jadi Islam dan amal soleh menyatu, dimana pun warga Muhammadiyah ada, buatlah masjid, Rumah Sakit, TK sampai Universitas. Saya jarang ditanya pertanyaan politik.

Apa prinsip hidup Anda?

Sesungguhnya saya punya prinsip kehidupan begini, kalau para nabi menjadi suri tauladan kaum beriman itu sikapnya memang sangat jelas, mereka menyampaikan sesuatu untuk kebaikan bersama, setelah itu mereka tawakkal.

Jadi apakah umat mendengar atau tidak, yang jelas sudah disampaikan, jadi anak saya yang paling kecil, mengritik, “bapak sudah sepuh kok masih bicara urus politik, sudahlah pak rakyat maunya seperti itu sudah titik. Pak enjoy life pak. Bersama kita pak”. Tetapi kalau ajaran agama kita, kalau ada yang tidak benar, sampaikan dengan lisanmu, paling tidak, kalau tidak ada kekuatan ya dengan tulisan. Itulah filosofi hidup saya. Kalau saya dipuji tidak besar kepala, kalau dicaci lantas juga tidak dlosor.

Dulu waktu menyuarakan suksesi Pak Harto, banyak telpon apakah sudah bosan hidup? kami tahu agenda anak-anak sekolah anak-anak Anda. Ini sesuatu yang biasa. Justru yang tidak biasa, di alam demokrasi tokohnya dikritik malah kebakaran jenggot, malah kasihan tokoh itu. Itu namanya kekanak-kanakan, puber saja belum, masih kekanakan.

Tanggapan Raden Nuh (Pencetus Akun Twitter AntiKorupsi @Triomacan2000).

Dihubungi via telepon pada Rabu, 29 Januari 2014, Raden Nuh yang sedang berada di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, memberikan jawaban atas pertanyaan kami sebagai berikut :

Tanya :
“Apa pendapat Anda dengan semakin terbongkarnya agenda tersembunyi pihak asing yang gencar promosikan Jokowi sebagai capres ?”

Raden Nuh :
“Bagus ! Rakyat harus diberitahu sebenar – benarnya dan selengkap – lengkapnya mengenai siapa Jokowi sesungguhnya, apa agenda pribadi dan agenda asing, dan terpenting apa maksud dan tujuan sebagian pengusaha besar Tionghoa yang semua bersatu padu mendukung pencapresan Jokowi dengan segala cara, daya, bantuan jaringan media media dan bantuan dana. Rakyat harus disadarkan betapa bahaya bagi bangsa dan negara jika Indonesia dipimpin oleh seorang presiden boneka. Presiden yang tunduk dan patuh pada perintah dan keingan tuannya, para pengusaha besar tionghoa, yang selama ini dikenal sebagai perusak dan pencuri kekayaan negara. Maksud saya para pengusaha tionghoa pendukung Jokowi itu lho, bukan semua pengusaha Tionghoa. Masih banyak pengusaha Tionghoa yang merah putih, nasionalis, berjiwa raga Indonesia.”

Tanya : “Apakah Anda masih memantau twit dari akun @Triomacan2000 sejak Anda tinggalkan lebih setahun lalu? Bagaimana Anda menilai kualitas dan tema – tema besar yang diangkat akun itu?”

Raden Nuh :
“Praktis sejak saya tidak aktif lagi kelola akun @Triomacan2000, saya jarang memperhatikan twit – twit mereka. Saya hanya lihat jika ada teman yang infokan sesuatu yang menarik atau bikin gempar publik. Sering juga memantau kalau ketika baca koran atau nonton TV. Terakhir saya menonton acara Metro Realitas yang berjudul Kicauan Akun Hantu Triomacan2000, geli rasanya. Kok media sebesar dan sekaliber Metro TV mau menyiarkan tayangan acara yang sangat kentara pesanan dan sangat dangkal investigasinya.

Tanya :
“Bagaimana tanggapan Anda mengenai banyaknya media yang memuat berita pencitraan Jokowi ?”

Raden Nuh :
“Pertama, sudah pasti saya sangat prihatin. Kenapa media massa kita terlalu mudah dan murah menjual idealisme, membohongi rakyat, membodohi pembaca atau penontonnya. Media memang membutuhkan income untuk menutupi biaya operasional dan mencari keuntungan, tetapi apa yang kita saksikan sekarang sungguh luar biasa memalukan. Seakan – akan tidak ada tokoh lain yang lebih layak dan pantas diberitakan selain Jokowi. Kedua, Media nasional kita sudah menyimpang dari cita – cita awal atau maksud dari pendiriannya, menyampaikan kebenaran dan mencerdaskan bangsa. Saya tidak mempermasalahkan media – media milik konglomerat Tionghoa yang secara masif dan kontiniu mengiklankan Jokowi. Mereka memang mau menjadikan Jokowi sebagai presiden boneka, mereka mau melemahkan Indonesia melalui Jokowi. Ketiga, Kita tahu deh, siapa Jokowi itu sebenarnya. Ratusan walikota dan belasan Gubernur di Indonesia punya kemampuan dan integritas jauh di atas Jokowi. Faktanya Jokowi hanya kelihatan bagus karena setiap hari selama dua tahun ini, media bayaran dan milik pengusaha Tionghoa mempromosikan dia besar – besaran. Ini sangat berbahaya.

Tanya :
“Kenapa sangat sedikit tokoh yang berani berkomentar negatif tentang Jokowi?”

Raden Nuh :
“Fenomena ini memang menyedihkan, sangat menyedihkan. Sebagaian besar para tokoh bangsa kita takut berpendapat melawan arus utama opini. Takut tidak populer atau dikecam oleh pendukung -pendukung Jokowi yang terorganisir dan memang dibayar serta ditugaskan untuk menjaga citra Jokowi. Mereka melihat betapa kasihannya tokoh tertentu yang berani mengkritik Jokowi melalui media. Kontan mereka dicerca, dihina, dibully, malah ada yang dicaci maki oleh pendukung jokowi yang sebenarnya adalah bagian dari timses Jokowi. Namun, sayangnya, ketakutan para tokoh ini tidak boleh diikuti oleh para akademisi yang memiliki dasar akademis atau kajian ilmiah jika mereka mau mengungkapkan konspirasi besar dibalik pencitraan palsu Jokowi atau jika mereka mau menilai Jokowi dengan dasar penelitian dan studi yang kuat. Akademisi kan tidak boleh bohong, mereka harus mengatakan apa adanya. Jika Jokowi memang gagal, tak layak jadi gubernur, ya mereka harus berani mengatakannya kepada rakyat Jakarta. Kenapa harus sungkan ?”

Tanya :
“Pertanyaan terakhir, menurut Anda apakah Jokowi akan jadi capres pada pilpres 2014 nanti ?

Raden Nuh :
“Saya berkeyakinan Ibu Megawati selaku Ketua Umum PDIP pasti tidak akan bersedia mengajukan Jokowi sebagai capres. Terlalu besar risikonya jika negara ini dipimpin oleh orang suruhan atau kacung pengusaha Tionghoa. Mau jadi apa negara ini jika presidennya lemah, tidak berintegritas dan moralnya hancur seperti Jokowi ? Indonesia ini negara besar, mengurus Solo saja Jokowi itu sebenarnya gagal kok. Memimpin Jakarta, sudah terbukti Jokowi tidak mampu. APBD tidak terserah hanpir 50%, program – program mandek, KKN makin parah, janji kampanye Jokowi hampir 90% tidak bisa dia penuhi. Masak orang seperti ini mau dijadikan calon presiden ? Bunuh dirinya namanya ! Konglomerat Tionghoa mungkin saja sudah menyadari bahwa PDIP mustahil mencalonkan Jokowi, sekarang mereka sedang mencari cara bagaimana menekan atau bahkan mungkin menggulingkan Bu Mega dari jabatan Ketua Umum PDIP. Alternatif lain, pemodal – pemodal Jokowi harus membeli dukungan partai lain. Barangkali ada partai yang nanti bisa raih suara cukup dan kebetulan butuh uang sehingga mau menyerahkan mandat rakyat yang dipraihnya melalui pemilu kepada para pemodal Jokowi dengan imbalan uang.

***

4 Korupsi Jokowi Di Solo. 

Konspirasi sekitar 87% media massa nasional yang membentuk opini palsu, pencitraan, mendongkrak popularitas Joko Widodo ke puncak ketenarannya, sudah diketahui masyarakat luas.

Opini, popularitas, bahkan electabilitas Jokowi itu adalah semu dan hanya rekayasa atau cipataan tim sukses Jokowi, yang dipimpin ahli Polster dan strategi politik Stanley Bernhad Greenberg untuk menyesatkan rakyat dan menyebabkan rakyat percaya, terpedaya kebohongan itu.

Diakui, upaya pencitraan dan pembentukan persepsi positip terhadap Jokowi berhasil karena dilakukan secara sistematis, masih, kontinue, melibatkan jaringan media dan tokoh, menghabiskan biaya triliunan rupiah, disutradarai konsultan ahli strategi politik dan pollster (pengumpul suara) nomor satu di dunia.

Dampak atau hasilnya memang luar biasa, rakyat Indonesia terkecoh opini sesat. Tidak mendapat gambaran seutuhnya tentang fakta – fakta sebenarnya tentang Jokowi. Ribuan bahkan mungkin puluhan ribu tulisan, artikel, berita, tayangan dan sejenisnya ditampilkan secara apik oleh tim sukses Jokowi di bawah komando Stanley Bernhard Greeberg, sang ahli strategi politik dan pollster nomor satu dunia.

Mengupas fakta – fakta tentang diri Jokowi ini sangat menarik. Banyak misteri yang mengundang tanya tanya. Banyak informasi yang ditutup rapat, dirahasiakan, agar tidak menjadi pengetahuan rakyat luas.

Pada kesempatan pertama ini, fakta tentang diri Jokowi kita mulai dari fakta – fakta korupsi Jokowi selama menjadi Walikota Solo 2005-2011 yang diperoleh dari instansi penegak hukum (Kejari Solo dan Kejati Jawa Tengah), Pemkot Solo, dan sumber lain yang terlibat atau mengetahui pasti korupsi Jokowi ini.

1 Korupsi Pelepasan aset Hotel Maliyawan

Korupsi Jokowi selaku walikota Solo yang paling telak, kasar dan vulgar adalah pada pelepasan aset pemkot Solo berupa bangunan hotel Maliyawan. Pada pelepasan aset pemkot Solo atas bangunan hotel Maliyawan ada dua tindak pidana Jokowi, yakni : pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan dan dugaan suap dari Lukminto kepada Jokowi.

Secara ringkas dapat disampaikan, Jokowi terbukti merekayasa pelepasan aset bangunan hotel Maliyawan Solo secara ilegal dan langgar hukum. Semula Pemkot Solo yang ngotot mau beli tanah hotel milik pemda Jawa Tengah dan sudah menganggarkan dana pembelian tanah melalui APBD Solo. Tapi, Jokowi diam – diam telah menjual bangunan hotel Maliyawan kepada Lukminto. Diduga ada suap untuk Jokowi dari Lukminto atas penjualasan aset pemkot Solo (bangunan hotel Maliyawan) yang langgar hukum itu.

Terhadap penjualan aset bangunan hotel Maliyawan itu, Jokowi terbukti melanggar Peraturan Pemerintah (PP) 38/2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Negara.

Jokowi juga telah melanggar batas kewenangannnya sesuai dgn UU Pemda No. 22 tahun 1999, UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, sbgmn sdh diubah dgn diubah untuk keduakalinya dengan UU Nomor 12 Tahun 2008, dan sejumlah peraturan pemerintah terkait pelepasan aset.

Jokowi terbukti telah melanggar PP No 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Perda No 8/2008 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

KKN Jokowi bersama Lukminto telah melanggar Laporan Pertanggung Jawaban Walikota Tahun 2010 yang telah menganggarkan pembelian tanah Hotel Maliyawan sebesar Rp 4 Miliar dari pemda / BUMD Jawa Tengan (CMJT).

Jokowi juga telah melanggar Nota Kesepakatan Pemkot Solo dengan DPRD Kota Solo No 910/3.314 dan No 910/1/617 tentang Kebijakan Umum Perubahan APBD Solo.

2 Jokowi melanggar hukum dan diduga korupsi dana hibah KONI Solo Rp. 5 miliar.

Pada thn 2008 KONI Surakarta (Solo) mengajukan permohonan bantuan anggaran pembinaan dan bonus atlet berprestasi ke pemkot Solo. Atas permintaan KONI, pemkot Solo menyampaikan usulan RAPBD 2009 dengan alokasi dana hibah sebesar Rp. 11.3 M untuk KONI Solo.

Nota RAPBD 2009 Pemkot Solo dengan rencana anggaran hibah untuk KONI Solo disetujui DPRD Solo dan ditandatangani Jokowi selaku Walikota.

Sebelumnya pada tahun 2008 PERSIS Solo juga mengajukan permohonan dana bantuan ke Pemkot Solo. Tapi tidak disetujui karena dilarang peraturan dan perundang – undangan.

Terbukti bahwa APBD Solo TIDAK mengalokasikan dana hibah ke PERSIS Solo pada APBD tahun 2009.
Namun dalam pelaksanaanya, DPRD Solo menemukan penyimpangan pencairan dana Rp. 11.3 Milyar itu oleh Jokowi, di mana dana APBD 2009 untuk hibah KONI Solo hanya diterima sebesar Rp. 6.3 miliar, atau kurang Rp. 5 miliar dari anggaran APBD 2009 yang sudah disahkan.

KONI Solo melalui Wakil Ketua KONI Gatot Sugiharto mempertanyakan kemana kekurangan uang Rp. 5 miliar yang tidak diterima KONI. Jawaban walikota Jokowi bahwa sisa uang Rp. 5 miliar dana hibah hak KONI itu sudah dialihkan untuk PERSIS (Persatuan Sepak bola Solo).

Pengalihan uang Rp. 5 Miliar dana Hibah KONI melanggar UU dan hukum karena tanpa ada persetujuan DPRD dan Mendagri. Sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku dana APBD tidak diperbolehkan dihibahkan ke cabang olah raga termasuk sepakbola.

Tindakan Jokowi itu melanggar UU No. 32 thn 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Permendagri No. 59 thn 2007 serta Perda APBD Kota Solo.

Belakangan diketahui uang Rp. 5 miliar hak KONI SOLO telah dialihkan dan disebut Jokowi sudah diterima PERSIS Solo juga tidak dapat dipastikan kebenarannya. Tidak ada laporan penerimaan dana hibah dari APBD 2009 atau hibah dari KONI Solo untuk PERSIS Solo sebesar Rp. 5 miliar dalam laporan keuangan PERSIS Solo tahun 2009.

3 Korupsi Jokowi dana Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS)

Pada tahun 2010, APBD Solo menganggarkan dana BPMKS sebesar Rp. 23 miliar untuk 110.000 siswa SD, SMP dan SMA Kota Solo.

Penyimpangan dan korupsi Jokowi adalah pada proses penganggarannya yang terjadi penggelembungan jumlah siswa dari 65.000 menjadi 110.000 siswa dengan modus duplikasi nama siswa, sehingga anggaran APBD 2010 yang seharusnya hanya Rp. 10.6 miliar dimark up menjadi Rp. 23 miliar. Dari dana APBD tahun 2010 sebesar Rp. 23 miliar itu, dilaporkan tersisa Rp. 2.4 miliar atau terpakai /tersalurkan Rp. 20.6 miliar.

Hasil verifikasi tim audit BPK dan Itjen Kemendagri, telah terjadi korupsi pada program BPMKS sebesar Rp. 9.5 – 13 miliar dari penggunaan dana APBD tahun 2010 sebesar Rp. 23 miliar.

Untuk program BPMKS pada APBD 2011 dan 2012 juga terjadi penyimpangan dan korupsi yang sama dengan modus yang sama.

Pihak masyarakat sudah melaporkan perihal korupsi Jokowi di program BPMKS ke KPK, tetapi seperti kita ketahui bersama, puluhan ribu laporan masyarakat di KPK menumpuk menunggu antrian bertahun – tahun untuk mulai diusut.

4 Korupsi Jokowi pada proyek pengadaan Videotron Manahan Solo

Korupsi mantan Walikota Solo Joko Widodo yang menjadi catatan hitam adalah korupsi Jokowi pada proyek VIDEOTRON Manahan Solo pada 2008.

Keterlibatan Walikota Solo Jokowi pada pengadaan pembangunan sarana Reklame Videotron di pertigaan Gelanggang Olah Raga (GOR) Manahan Solo, dimulai dari perintah atau disposisi Walikota Jokowi kepada Budi Suharto Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadispenda) Solo pada Desember 2008.

Perintah atau disposisi Walikota Solo Jokowi kepada Budi Suharta Kadispenda itu pada intinya adalah untuk memberikan pekerjaan pemasangan reklame videotron itu kepada PT. Loka Niaga Adipermata.

Penetapan lokasi dan kelayakan (Feasibility Study) pemasangan reklame videotron itu sebelumnya sudah dilakukan oleh CV. Tika Martindo dengan sumber anggaran APBD sebesar Rp. 90 juta. Penetapan CV. Tika Matindo sebagai pelaksana studi kelayakan dilakukan tanpa lelang. Penunjukan langsung oleh Kadispenda atas perintah Walikota Solo Jokowi.

Setelah studi kelayakan penetapan lokasi pemasangan sarana reklame videotron selesai dilakukan, yakni direkomendasikan di pertigaan GOR Manahah, PT. Loka Niaga Adipermata mengirim surat kepada Walikota Solo, pada tanggal 15 Desember 2008.

Surat PT. Loka Niaga Adipermata kepada Walikota, diteruskan Jokowi kepada Kadipenda Solo Budi Suharta dengan disposisi “Diajukan segera sebagai peserta lelang terdaftar”.

Disposisi Walikota Jokowi itu kemudian dituangkan dalam surat jawaban Kadispenda kepada PT. Loka Niaga Adiperdana pada tanggal 19 Desember 2008.

Pada tanggal 22 Desember 2008 atau 3 hari setelah surat Kadispenda Solo kepada PT. Loka Niaga Adiperdana diterbitkan, Dispenda Solo mengirim surat undangan kepada perusahaan – perusahaan biro iklan rekanan terdaftar Pemkot Solo untuk menghadiri penjelasan lelang pengadaan Baliho, Bando, Billboard, dan lainnya, yang akan dilaksanakan pada 23 Desember 2008 atau hanya satu hari terhitung sejak surat undangan penjelasan lelang disampaikan.

Pada tanggal 23 Desember 2008 dilakukan penjelasan lelang di Kantor Dispenda Solo yang dihadiri beberapa perusahaan biro iklan rekanan pemkot Solo. Namun, semua biro iklan yang hadir dalam penjelasan lelang di kantor Dispenda Solo itu tidak ada yang mengetahui bahwa pemkot Solo juga sedang melelang pengadaan sarana reklame videotron, kecuali PT. Loka Niaga Adiperdana.

Pada 24 Desember 08, sekitar pukul 14.00 WIB digelar rapat di ruang lantai 2 kantor Dispenda, dipimpin langsung Kadispenda Solo Budi Suharto. Hadir pada rapat itu antara lain Budi Ismoyo (PT Jarum), Wardani ( DKP), Aroni (DTT), Singgih ( Kantor Aset) & Yosca H (DLLAJ Solo).

Rapat tanggal 24 Desember 2008 di lantai 2 Dispenda Solo itu ditetapkan para pemenang lelang sesuai dengan arahan Walikota Jokowi kepada Kadispenda. Khusus untuk paket pengadaan sarana reklame videotron senilai Rp. 4 miliar diserahkan kepada PT. Loka Niaga Adiperdana yang merupakan satu – satunya perusahaan biro iklan yang mengetahui informasi lelang dan juga merupakan satu – satunya biro iklan yang mendapat undangan untuk mengikuti lelang paket pengadaan videotron pemkot Solo.

Kejaksaan Negeri (Kejari) Solo sudah mengusut korupsi videotron ini, namun perkembangan penyelidikan dan penyidikannya macet total. Padahal, Kejari Solo sudah menemukan bukti korupsi di antaranya temuan bahwa CV. Tika Martindo pelaksana studi kelayakan adalah perusahaan fiktif yang tidak diketahui alamat dan keberadaaanya.

Di samping itu, Kejari Solo juga sudah menetapkan Budi Suharta sebagai tersangka, namun tiba – tiba status tersangka korupsi Budi Suharta dicabut kembali tanpa dasar dan alasan yang jelas.

Padahal penetapan tersangka terhadap Budi Suharta dan pejabat – pejabat Dispenda Solo serta direktur PT. Loka Niaga Adiperdana akan menguak keterlibatan Jokowi dalam korupsi serta akan menyeret mantan walikota Solo yang kini adalah capres PDIP sebagai tersangka korupsi videotron Manahan Solo.

Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) Jokowi pada proyek pengadaaan videotron Manahan Solo ini sebenarnya sangat mudah dibuktikan, namun sayangnya ada intervensi ‘tangan sakti’ kepada Kejari Solo dan penyidik. KPK diharapkan segera masuk mengambilalih kasus korupsi Jokowi yang sudah terkatung – katung penuntasannya selama 4 tahun.

Pihak Kejari Solo dan Kejati Jawa Tengah memang mengeluhkan adanya intervensi dan tekanan dari pihak tertentu yang meminta kasus – kasus korupsi Jokowi selama menjabat walikota Solo di peti-es kan.

***

Daftar Cukong Jokowi Sang Capres Boneka. 

Pemungutan suara sebagai salah satu tahapan Pemilu baru usai, PDIP yang menggunakan Joko Widodo untuk mendulang suara terpaksa menelan pil pahit karena perolehan suara versi perhitungan cepat (quick count) hanya meraih suara sekitar 19% atau jauh di bawah target > 30% suara.

Perolehan suara PDIP ini sangat mungkin membuyarkan harapan pencapresan Jokowi untuk ditetapkan. Kekecewaan terbesar dialami para cukong atau mafia konglomerat cina, pendukung utama pendanaan dan segala sumber daya untuk pemenangan Jokowi.

Siapa saja konglomerat dan tokoh yang menjadi donatur, sponsor, pendukung Jokowi? Berikut ini sebagian dari mereka :

1 Edward Soerjadjaja: dia adalah orang pertama yang mengakui mendukung Jokowi dan Ahok pada pilgub DKI Jakarta 2012 lalu dengan pendanaan. Ahok sempat membantah, akan tetapi kita lebih baik percaya kepada Edward karena dia adalah pengusaha yang tidak berkepentingan mengakui mendukung pasangan yang tidak terkenal. Dana dari Edward waktu itu adalah sebesar Rp. 30 miliar, dan pada masa pemerintahan Jokowi-Ahok perusahaan Edward memperoleh proyek monorel, MRT dan lain – lain.

2 Sebelumnya, nama Lukminto bos Sritex Solo, Imelda Tio bos Paragon Grup dan Sun Motor Grup dan Michael Bimo Putranto dikenal sebagai pendukung dan penyumbang dana kampanye Jokowi di Solo.

3 Prajogo Pangestu: konglomerat pemilik konsesi 5 juta hektare lahan dan hutan di Indonesia ini, hadir dalam rapat antara Jokowi-Ahok dan Megawati pada Desember 2013 untuk membahas perpindahan Ahok ke PDIP bila Jokowi menjadi presiden sehingga Jakarta tetap berada di bawah kendali PDIP.

4 60 pengusaha besar yang berkumpul di Kantor Pusat PDIP sehari menjelang pencapresan Jokowi dan tujuan mereka berkumpul sebagaimana diakui Tjahjo Kumolo adalah untuk memberikan sumbangan besar kepada PDIP.

5 Jusuf Kalla: JK adalah orang yang pertama kali membawa Jokowi ke Jakarta dan juga membujuk Megawati untuk menunjuk Jokowi sebagai capres. JK juga mendanai Jokowi-Ahok pada pilgub kemarin meski dalam jumlah kecil jika dibanding konglomerat cina.

6 Stan Greenberg: awalnya saya tidak percaya bualan Triomacan2000 tentang keterlibatan Stan Greenberg, namun masuknya majalah The Foreign Policy dan Fortune yang memiliki hubungan erat dengan Stanley Greenberg dalam menulis tentang Jokowi adalah 50 besar pemimpin besar dunia membuat kita harus mencurigai bahwa orang ini memang terlibat.

7 Goenawan Mohamad: mungkin Goenawan Mohamad atau GM tidak ikut saweran uang, tapi yang jelas dia menyediakan majalah miliknya, Tempo sebagai media pencitraan bagi Jokowi. Tempo adalah media pertama yang mempromosikan Jokowi secara masif. Termasuk mengorbitkan nama Jokowi sebagai walikota terbaik dengan dasar penetapan yang tidak ilmiah alias aspal.

8. CIA/USAid: USAid adalah lembaga samaran CIA yang tugasnya memberi dana kepada para pemberontak. Salah satu penerima dana dari CIA di Indonesia adalah Goenawan Mohamad, misalnya untuk mendirikan lembaga perlawanan terhadap orde baru USAid memberikan dana sebesar US 300.000 kepada Goenawan Mohamad untuk mendirikan Institut Studi Arus Informasi. Uang di atas belum termasuk uang sebesar US 26juta yang diterima GM dan teman-temannya sebagai dana perang melawan Orde Baru. Jauh sebelumnya pada masa orde lama, sebagaimana temuan Widjaja Herlambang dalam disertasinya Kekerasan Budaya Pasca 1965, Goenawan Mohamad juga menerima uang dari Amerika untuk melawan Lekra/komunis/PKI dengan membentuk Manifes Kebudayaan.

Keterlibatan Tempo dan GM dalam mempromosikan Jokowi membuktikan Amerika kemungkinan besar berada di belakang promosi gencar terhadap Jokowi, ditambah fakta Amerika Serikat telah begitu lancang menyatakan tidak suka melihat Prabowo menjadi presiden karena memilih Jokowi, memang mereka siapa berani menentukan pemimpin yang hendak dipilih bangsa ini?

Koruptor BLBI? 

Menurut TM2000 koruptor BLBI ada di belakang Jokowi dan hal ini memang masuk akal mengingat mereka bisa melenggang bebas karena SKL yang diterbitkan pemerintahan Megawati. Koruptor BLBI dikoordinir James Riady dan Luhut B Panjaitan, diketahui menyumbang dana kampanye dan pemenangan Jokowi hingga ratusan dollar AS secara bertahap.

James Riady: belum ada bukti bahwa keluarga Riady membiayai Jokowi, namun fakta bahwa Jokowi telah dua kali hadir di SPH dan Rumah Sakit Siloam atas perintah James Riady menyebabkan kita patut curiga ada James Riady di belakang Jokowi. Apalagi faktanya penggusuran warga liar waduk pluit dan pembuatan taman waduk pluit “secara kebetulan” dilakukan pada saat Grup Usaha Lippo milik James Riady mau membangun sekolah mewah SPH, hotel bintang lima dan rumah sakit Siloam tepat di seberang Waduk Pluit, benar-benar tepat di seberang.

Keluarga Salim: faktanya detik.com tidak pernah memberitakan satu hal negatifpun tentang Jokowi, sekalipun saat itu ada isu negatif tentang Jokowi. Pemilik detik adalah Chaerul Tanjung yang juga merupakan proxy atau bawahan dari keluarga Salim yng mengurus sebagian harta mereka.

Puluhan konglomerat Indonesia di wakili oleh orang kepercayaan mereka, berkumpul di PANINI CAFE Setiabudi Plaza untuk mengumpulkan uang membantu pemenangan Jokowi. Mereka terdiri dari pemilik BCA, Rokok Jarum, Gudang Garam, berbagai bank nasional, organisasi dan paguyuban tionghoa dan lain – lain.

Adanya begitu banyak pihak di belakang Jokowi yang terkenal sebagai walikota Solo dan gubernur Jakarta boneka jelas mengkuatirkan, sebab kita tidak tahu apa kepentingan para cukong tersebut membiayai pencapresan Jokowi?

***

Siapa Sesungguhnya Handoko Joko Widodo (Jokowi) ? 

Pasangan underdog ini (Jokowi-Ahok) tiba-tiba melejit begitu pesat diluar prediksi sejumlah pengamat/lembaga survei. Sederet slogan/jargon dalam sekejap mampu membius warga Jakarta. Melalui icon ‘Perubahan’, Kartu Sehat dan Pintar plus menebar kartu nama seketika dapat menghipnotis pemilih. Di tengah euphoria hasil quick-count lembaga survei, pasangan Jokowi-Ahok serasa di atas angin. Baik Jokowi maupun Ahok membungkus citra personalnya sedemikian rupa agar bisa meyakinkan pemilih berlatar etnik/suku tertentu di Jakarta.

Siapa sesungguhnya H. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama/BTP? 

Rumors yang menyebutkan nama depan Joko Widodo adalah Handoko sepertinya benar. Dan bukan seperti yang diwartakan atau disebut-sebut oleh timses atau para pendukungnya. Awalnya, saya tidak begitu percaya kepada isu gelap itu. Setelah dikonfirmasi memang begitu adanya. Informasi itu saya dapatkan dari orang dalam Keraton Kasunanan Surakarta Solo yang tidak ingin disebut namanya. Maklum saja, saat ini konflik di internal Keraton Kasunanan Surakarta tengah mencuat kembali.

“Nama aslinya itu Handoko Joko Widodo mas,” jawabnya saat saya ingin konfirmasi kebenaran isu tersebut. “Setahu saya, beliau itu mualaf,” ujarnya lagi. “Saya kurang tahu persis, apakah beliau sudah pergi haji atau belum. Saya juga kurang tahu apakah mualaf itu karena politik atau tidak,” sergahnya ketika saya tanya apakah benar hijrahnya Jokowi memeluk Islam disebabkan karena faktor politik atau tidak. Informasi ini saya gali ketika tengah berlibur ke Solo. Sebagian profil H. Joko Widodo mungkin sudah dapat dibaca di media-media mainstream. Hanya saja, saya ingin melihatnya dari perspektif yang berbeda. Sederhananya, bila inisial H merupakan Haji, dapatkah Jokowi membeberkan kepada konstituennya/pendukungnya/simpatisannya kapan beliau berangkat ke Mekkah?

Walikota Solo yang konon dilabeli ‘Obama van Java’ itu sangat lihai, lincah dan gesit mengubah persepsi masyarakat muslim Jakarta. Menyusup ke sejumlah tokoh dan kelompok-kelompok agamawan di Jakarta. Jokowi begitu piawai menyembunyikan identitasnya agar memunculkan kesan sebagai seorang muslim sejati. Sisi lain, mayoritas muslim di Jakarta memang tidak banyak yang mengetahui sepenuhnya rekam-jejak spiritual seorang Jokowi. Sebagaimana diketahui akar ke-Islaman yang tumbuh dan berkembang di Solo mayoritas berhaluan kepercayaan atau Islam garis keras (fundamentalis). Adapun kelompok-kelompok Islam yang berlatar moderat sangat langka pertumbuhannya. Percaya atau tidak, penggalan cerita itu dapat membuka persepsi kita tentang Jokowi.

Kita tidak menyoal perihal Jokowi memeluk Islam serta apapun haluan yang berkembang dalam Islam. Yang kita sesalkan adalah ketidakjujuran Jokowi. Saking cemasnya, Jokowi, atau timsesnya menuding sekelompok orang yang melayangkan isu mualaf, atau suara segelintir orang yang meragukan ke-Islaman Jokowi dianggap fitnah. Konon, penyembunyian identitas ini sengaja dilakukan agar Jokowi bisa leluasa menggandeng kelompok-kelompok Islam di Jakarta untuk kepentingan politik dirinya. Aktor utama yang membungkus rapih profile Jokowi adalah Kemenpera RI Djan Faridz. Sebagaimana diketahui, Djan Faridz berperan untuk menghimpun sekaligus memobilisasi kelompok-kelompok Islam di Jakarta guna memenangkan Jokowi-Ahok dalam pentas Pemilukada DKI Jakarta. Motif Djan Faridz sendiri dilatari oleh kepentingan bisnis agar bisa menguasai seluruh sektor bisnis di Jakarta, terutama sektor properti.

Rekam jejak Jokowi sebagai walikota Solo (Surakarta) bila disebut berhasil sangat relatif. Mengingat popularitas Jokowi di media berbanding terbalik dengan sejumlah fakta di lapangan. Di balik sanjungan dan pujian atas keberhasilannya, Walikota Solo Jokowi memiliki setumpuk pekerjaan rumah yang tidak (belum) terselesaikan. Apa sajakah itu? Mari kita bahas satu-persatu.

1) Kemacetan

Dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 559.318 ribu jiwa (BPS 2011), beberapa ruas jalan di kota Solo masih terjadi kemacetan. Celakanya, kepadatan arus lalu lintas menjadikan Jalan Slamet Riyadi Solo dikabarkan bakal naik level dari C (lancar) menjadi D (macet). Hal tersebut menyusul menurunnya kinerja atau level of service (LOS) akibat sering terjadinya kemacetan di salah satu jalan protokol di Kota Bengawan itu. Menurut Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo, Sri Baskoro, level Jl Slamet Riyadi saat ini masuk pada level C, yaitu padat merayap. Menyusul adanya rencana pembangunan dua hotel di jalan tersebut, kini tengah dilakukan kajian terhadap level/status jalan itu. Ke depan, levelnya akan naik menjadi D, yaitu macet. Baskoro menjelaskan kondisi Jl Slamet Riyadi saat ini sudah cukup padat. “Kalau kenaikan jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang dulunya 7,5 persen, saat ini sudah melebihi angka itu,” kata Baskoro. Ia berharap agar ada terobosan-terobosan yang dilakukan pemerintah pusat untuk mengurangi angka kemacetan, termasuk di Kota Solo.

Di kota kecil Solo saja Jokowi belum berhasil mengurai kemacetan, apalagi di Jakarta. Dengan jumah penduduk Jakarta yang mencapai 9.607.787 jiwa dan status khusus, serta kewenangan yang terbatas kita meragukan Jokowi bisa meretas kemacetan dalam waktu singkat.

2) Tata Kelola Pasar di Solo

Di media mainstream Jokowi disebut-sebut sebagai walikota terbaik, terutama dalam melokalisasi dan mengelola pasar tradisional. Benarkah demikian? Dibalik kesuksesan tersebut, program relokasi Jokowi terhadap PKL berbanding terbalik dengan program revitalisasi pasar tradisional.

Beberapa pedagang di Pasar Panggungrejo, Jebres nasibnya kian terpuruk akibat omset mereka yang terus merosot. Sebelum direlokasi rata-rata para pedagang mampu mendapat masukan sekitar Rp400.000 per hari. Kini, mereka mengaku hanya mendapat sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000. Kondisi Pasar Panggungerjo, Jebres, Solo semakin memprihatinkan. Sejak penyegelan terhadap 24 kios yang tidak ditempati oleh pedagang bulan Mei silam, kini belum ada perkembangan yang berarti. Dari 201 kios yang ada di pasar tersebut, hanya sekitar 40 kios yang secara rutin ditempati pedagang.

Pemkot Solo telah berjanji untuk memindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sekarang masih berjualan di sepanjang Jalan KH Dewantoro untuk dimasukkan ke Pasar Panggungrejo. “Namun sekarang kenyataannya PKL di sana masih banyak. Salah satu faktor itulah yang membuat pasar ini sampai sekarang sepi pengunjung,” ujar Sukinah, salah satu pedagang di sana. Masalah lainnya, saat ini masih banyak pedagang yang belum mau membuka kiosnya secara rutin. “Padahal walikota sudah meminta, kios yang tutup segera dialihkan ke pedagang yang lain. Tapi sampai sekarang juga belum ada tindakan lebih lanjut,” tukas Sukinah.

Sukinah yang berdagang di lantai 3 meminta kepada Pemkot Solo untuk segera mengambil langkah yang konkret untuk mengatasi masalah tersebut. “Yang terpenting pedagang bisa laku seperti dulu lagi,” katanya. Selain Pasar Panggungrejo, Walikota Jokowi juga masih dihadapi persoalan revitalisasi Pasar Klewer. Hal ini menjadi perhatian kalangan DPRD Kota Solo. Menurut sejumlah anggota dewan, pro-kontra di antara pedagang Pasar Klewer, sebaiknya Pemkot Solo menyelesaikan lebih dulu. Wakil Ketua DPRD Kota Solo, Supriyanto meminta Pemkot masalah lebih dulu terkait rencana revitalisasi Pasar Klewer secara internal dengan kalangan pedagang pasar itu. Sebelum melaksanakan berbagai tahapan ataupun persiapan. Mengingat, rencana tersebut juga belum jelas dan detil hingga detik ini.

Sebelumnya, jajaran pengurus HPPK juga telah menyampaikan aspirasi mereka terkait rencana revitalisasi Pasar Klewer, kepada Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) DPRD. Ketua FPAN DPRD Kota Solo, Umar Hasyim menyatakan pihaknya segera menyampaikan aspirasi dan keluhan kalangan pedagang Pasar Klewer tersebut kepada Pemkot Solo agar bisa diperhatikan dan segera ditindak lanjuti.

3) Kemiskinan di Solo

Sebagai Walikota Solo, Jokowi juga tidak prestius dalam menekan jumlah penduduk miskin di Solo. Berdasarkan data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Solo, jumlah penduduk miskin di Solo setiap tahun mengalami kenaikan. Pada 2009 tercatat ada 107.00 jiwa, naik menjadi130 ribu jiwa pada 2011 atau meningkat sekitar empat persen. Berikut ini data kemiskinan di Solo.

Data penduduk miskin Kota Solo versi TKPKD

1. Tahun 2009: 107.000 jiwa
2. Tahun 2010: 125.000 jiwa
3. Tahun 2011: sekitar 130.000 jiwa

Peningkatan penduduk miskin

1. Dari tahun 2009 ke tahun 2010: 18.000 jiwa atau 16,8%
2. Dari tahun 2010 ke tahun 2011: 5.000 jiwa atau 4%

Kelurahan berpenduduk miskin paling banyak tahun 2010

1. Sudiroprajan, Jebres
2. Sangkrah, Pasar Kliwon
3. Kepatihan Wetan, Jebres
4. Semanggi, Pasar Kliwon
5. Ketelan, Banjarsari

4) Banjir dan Sampah di Solo

Jokowi juga belum berhasil menanggulangi bencana alam banjir yang setiap tahun merendam Kota Solo. Pada awal 2012 banjir di kota ini meluas hingga merendam 1.470 keluarga dengan ketinggian air 1 hingga 1,5 meter. Warga Kota Solo pun mengeluhkan soal sampah yang bakal menjadi bom waktu, karena hingga kini di kota Solo hanya ada satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang usianya sudah mencapai dua tahun dan dikhawatirkan tak mampu menampung sampah warga yang terus menumpuk.

Saking tak bisa ditangani dengan baik, luapan air juga merendam rumah Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo di Kampung Badran, Kelurahan Pucangsawit, Solo. Yang lokasinya tak jauh dari kawasan Bengawan Solo. Akibat kebanjiran, kelaurga Rudy terpaksa mengungsi di kantor percetakan milik salah seorang anaknya. Kantor tersebut tak jauh dari rumahnya namun lokasinya lebih tinggi sehingga aman dari luapan banjir.
Luapan air dilaporkan telah merambah pula di kawasan-kawasan yang selama ini cukup aman dari banjir. Kawasan sekitar kampus UNS dilaporkan juga tergenang air. Ribuan warga telah meninggalkan rumahnya untuk mengungsi di berbagai tempat yang aman.

5) Praktik Good Governance Jokowi Gagal

Praktik good governance (tata kelola pemerintahan yang bersih) di Kota Solo yang masih dijabat Jokowi jauh dari aspek keberhasilan. Data dari KP2KKN Propinsi Jateng, pada 2010 Kota Solo menempati urutan ke-empat di Jawa Tengah. Kemampuannya memainkan isu melalui media massa, menutupi beberapa kekurangannya selama menjadi Walikota Solo. Mantan Ketua Komisi E DPRD Kota Surakarta, Heru S Notonegoro membeberkan, dari sisi manajemen kepemimpinan dan penataan kota, sebetulnya masih banyak yang perlu dibenahi, dan Jokowi masih jauh bila disebut berhasil. Dia mencontohkan kasus pemadaman listrik jalanan Kota Solo selama beberapa malam pada akhir 2011 lalu. Ini terjadi karena Pemkot Solo menunggak pembayaran pajak penerangan jalan umum sebesar Rp9 miliar adalah contoh ketidakberesan menajemen Pemkot Solo. “Padahal rakyat sudah membayarnya lunas,” ujar Heru seperti dilansir dari detik.com, Kamis (5/4/2012).

Selain itu sistem manajemen informasi dan akses publik terhadap data dan informasi yang ada di Pemkot Surakarta masih sulit diakses, padahal UU KIP (keterbukaan informasi publik) telah menjamin hak-hak rakyat atas informasi. Persoalan lain, lanjut Heru kepada detik, adalah banyak perda yang belum bisa dilaksanakan dengan baik. “Perda Parkir, Perda tentang pajak dan restoran, juga Perda tentang iklan maupun hiburan, hampir semuanya belum berjalan maksimal. Begitu pula proyek citywalk dan Galabo adalah proyek miliaran rupiah yang gagal,” papar Heru.

Sebelumnya, kalangan DPRD juga menyoroti sejumlah ide, program serta proyek Jokowi yang belum terselesaikan atau bahkan tidak terealisasi. F-PKS DPRD Kota Surakarta mempertanyakan kelanjutan berbagai ide serta program Jokowi, di antaranya citywalk, bus tingkat Werkudara, kereta uap Jaladara hingga railbus Batara Kresna. F-PKS DPRD Kota Surakarta melihat ada indikasi proyek-proyek tersebut belum dipersiapkan secara matang dan dimaksudkan untuk jangka panjang tidak hanya sekadar mode. Sedangkan F-PD mempersoalkan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota tahun 2011. Yakni, berdasarkan LKPJ 2011 dikatakan bahwa ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Solo tahun 2011 mencapai 18 persen. Namun faktanya, banyak RTH yang kondisinya terbengkalai atau tidak terawat.

6) Jokowi Gagal Sebagai Tokoh Pengayom?

Pendekatan humanis yang dilakukan Jokowi kepada warganya, ternyata belum terlalu jitu untuk menghindari terjadi gesekan di Kota Solo. Awal Mei 2012 lalu contohnya. Dua kelompok massa terlibat bentrok di Jalan RE Martadinata Gandekan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah yang menyebabkan dua korban luka terkena sabetan pedang. Menurut pantauan di Jalan RE Martadinata Gandekan Solo, ribuan kelompok ormas mendatangi daerah Kampung Sewu dan Gandekan dengan berjalan kaki. Mereka membawa senjata tajam, batang besi, ketapel dan tongkat pemukul, melintas di Jalan Tanggul dan memutar melalui RE Martadinata, seperti yang dilansir Antara News.

Sejumlah orang dari kelompok ormas, sebagian bersenjata tajam, masuk di gang Bangunharjo RT 1 RW 9, Gandekan dan langsung membacok korban, Ngadiman (60)-seorang tukang bengkel sepeda yang sedang duduk-duduk. Ngadiman terkena sabetan dari kelompok Ormas itu, terluka di kepala dan tangannya. Korban lainya, Haris, warga sekitar, tiga jarinya putus diduga terkena sabetan pedang dari kelompok Ormas. Kedatangan kelompok Ormas tersebut membuat Kampung Sewu dan Gandekan cukup mencekam terutama di Jalan RE Martadinata. Toko-toko di sepanjang jalan itu tutup, karena khawatir akan terjadi bentrok antara kedua kelompok tersebut.

Dari enam aspek tersebut, kita dapat menilai rekam jejaknya dan siapa sesungguhnya Jokowi.

***

Tidak ada komentar:


arsitekartikelblog directoryindonesian palm oilpalm oil investment

KOMENTAR MY DIARY BLOG

http://cam-chat.cbox.ws/