2 September 2012.
Dalam sebuah diskusi, saya merasa
bengong ketika disana disimpulkan, bahwa Syiah yang beroperasi di
negeri-negeri Sunni (seperti Indonesia), sebenarnya dipelihara oleh
Amerika. Disana dikatakan: "Ahmadiyah dipelihara oleh Inggris, sedangkan
Syiah dipelihara oleh Amerika." Saya merasa, ini kejutan atau
pencerahan yang sangat berbeda. Namun ketika merunut kepada data-data,
fakta, serta kejadian-kejadian; saya baru bisa percaya kalau Syiah
Imamiyah (Rafidhah) memang dipelihara Amerika.
MUI
(Pusat) atau Pemerintah RI selama ini sangat susah untuk menetapkan
Syiah dan Ahmadiyyah sebagai aliran sesat, sehingga keduanya harus
dilarang beroperasi; karena adanya tekanan dari Amerika, Inggris,
Australia, Kanada, dan negara-negara besar lainnya. Mereka bahu-membahu
untuk memelihara faktor destruktif di tengah-tengah kehidupan kaum
Muslimin Indonesia. Makanya, ketika ada sebuah ormas Islam sangat
antipati kepada Ahmadiyah dan Liberal, tetapi bersikap "main mata"
kepada Syiah, hal itu dipahami bahwa ormas tersebut tidak mau memikul
beban terlalu berat, dalam menghadapi tekanan Inggris, Amerika, Kanada,
Australia, dan kawan-kawan. Padahal sudah standar Ahlus Sunnah dimana
saja, yaitu: Anti Sekularisme, anti Syiah, anti Ahmadiyah, anti Liberal,
anti Kristenisasi, dan anti Zionisme. Ini sudah pakem khas Ahlus
Sunnah!
Banyak data-data bisa
disampaikan, bahwa Syiah Rafidhah memang dipelihara oleh kepentingan
imperialis Amerika (atau secara umum imperialis Barat). Soal di atas
permukaan ada retorika-retorika anti Amerika dari kalangan Syiah, itu
hanya kamuflase saja, untuk menutupi fakta sebenarnya. Biasa kan ada
sandiwara "bertema konflik" untuk menutupi "hakikat kemesraan" yang
tidak terlihat.
Mari kita coba lihat data & faktanya ...
[1].
Khomeini itu sejak muda (remaja) tinggal di Perancis. Disebutnya,
tinggal di pengasingan. Baru menjelang Revolusi Syiah tahun 1979, dia
pulang kampung. Tinggal di Perancis sejak muda sampai jenggotnya agak
memutih, dapatkah dikatakan bahwa Khomeini bersih dari invasi pemikiran
dan politik yang dipaksakan Barat kepadanya? Sangat tidak mungkin.
Rata-rata semua tokoh politik dari Asia yang pernah diasuh di negara
Barat, rata-rata kalau pulang ke negeri masing-masing akan membawa
agenda politik dari "majikan-nya".
[2]. Sebelum Iran dikelola oleh Khomeini dan kawan-kawan, penguasa
politik disana ialah Reza Pahlevi. Sebenarnya orang ini Syiah juga dan
menjadi boneka Amerika. Tetapi Pahlevi lebih kental dunia politiknya,
sedangkan Khomeini terkenal dengan IDEOLOGI Syiah-nya. Ketika Barat
mencabut peran Pahlevi dan menggantikannya dengan Khomeini; hal itu
terjadi karena mereka ingin mengubah strategi, dari pendekatan politik
menjadi pendekatan ideologi; dengan menjadikan akidah Syiah Imamiyah
Itsna Asyari sebagai basisnya. Akidah ini jauh lebih berbahaya ketimbang
manuver-manuver politik Reza Pahlevi. Sebab pada hakikatnya, akidah
Imamiyah Itsna Asyari (atau Syiah Rafidhah) adalah kekufuran yang nyata.
[3]. Banyak sandiwara dilakukan untuk menutupi missi sebenarnya, bahwa
Khomeini sebenarnya adalah boneka Amerika, tak ubahnya seperti Reza
Pahlevi.
Pertama, Amerika tidak segera menginvasi Iran di bawah
kepemimpinan Khomeini, seperti mereka menginvasi negara-negara yang
penguasanya digulingkan tanpa restu Amerika.
Kedua, disana digambarkan
bahwa ada sekian puluh helikopter marinir Amerika saling bertabrakan
satu sama lain ketika hendak menyerang Iran. Bukti-bukti seputar
serangan helikopter yang gagal ini tidak banyak diperoleh, selain dari
info-info media. Benarkah heli-heli itu bertabrakan, atau sengaja
di-setting agar bertabrakan? Atau jangan-jangan semua itu hanya opini
media saja, tanpa bukti yang jelas? Bandingkan cara Amerika itu dengan
invasi mereka ke Irak, Afghanistan, Columbia, Vietnam, bahkan infiltrasi
ke Indonesia (pada peristiwa PKI 65).
Ketiga, sepertinya ada "solusi
damai" antara Amerika dengan keluarga Reza Pahlevi, sehingga setelah itu
tidak ada "dendam politik" keluarga Pahlevi kepada Khomeini. Padahal
layaknya tokoh-tokoh politik Persia, tabiat dendam sangatlah dominan.
Keempat, secara massif Khomeini melakukan kampanye, bahwa Amerika adalah
SETAN BESAR. Kampanye ini mendapat respon besar di dunia Islam. Karena
ia memang sebuah strategi untuk mendapatkan SIMPATI kalangan Dunia
Islam, yang mayoritas Ahlus Sunnah dan anti Amerika.
Kelima, tidak lama
setelah Revolusi Iran, negara itu terlibat dalam konflik besar Iran
Versus Irak di bawah Sadam Husein. Ending dari konflik Iran-Irak ini,
malah Irak dimusuhi oleh Amerika dan Sekutu, serta negara-negara Timur
Tengah; setelah Irak menginvasi Kuwait pada tahun 1990.
[4]. Sejak lama Iran selalu dikaitkan dengan isu anti Amerika dan anti
Israel. Bahkan ia masuk dalam kategori "axis of evils" (negara-negara
poros kejahatan). Tetapi ia sendiri tidak pernah sedikit pun terlibat
dalam perang melawan Amerika, atau perang melawan Israel (musuh bangsa
Arab di Timur Tengah). Jadi sebagian besar perang disini sifatnya hanya
"kampanye verbal" saja. Tidak heran jika Iran kerap dijuluki sebagai
NATO (no actions talk only). Begitu juga, Hamas semakin terjebak dalam
posisi sulit ketika organisasi itu menjalin kerjasama dengan Teheran.
Iran adalah negara yang paling menikmati hasil kampanye anti Amerika dan
Israel; tetapi pada saat yang sama, dia tidak pernah terlibat perang
sedikit pun melawab Amerika dan Israel.
[5]. Tidak diragukan lagi, bahwa Syiah Iran turut membantu invasi
Amerika ke Afghanistan dan Irak. Katanya, dua invasi ini tidak akan
pernah berhasil, tanpa bantuan Syiah Iran. Dulu di zaman Pemerintahan
Burhanuddin Rabbani (Mujahidin), Syiah telah menelikung pemerintahan itu
melalui Jendral Rasyid Dustum di bagian Utara. Begitu juga Pemerintahan
Irak saat ini, pasca invasi Amerika ke Irak, presidennya Jalal Talabani
dan PM-nya Nuri Al Maliki, keduanya adalah bagian dari penganut Syiah.
Lihatlah, Amerika lebih ridha Irak di bawah pemimpin Syiah daripada
negara itu di bawah Saddam Husein yang merupakan bagian masyarakat
Sunni.
[6]. Kita tentu masih ingat skandal Iran-Contra pada waktu-waktu lalu.
Singkat kata, Iran dikesankan sangat bermusuh-musuhan dengan Amerika.
Tetapi lewat skandal itu terbukti, Iran bekerjasama mesra dengan
Amerika. Iran memasok minyak ke Amerika, lalu hasil keuntungan jual-beli
minyak "ilegal" ini oleh Amerika disalurkan untuk membiayai gerakan
Kontra di Kolumbia. Iran sendiri merasa diuntungkan, sebab mendapat
penghasilan untuk membiayai kebutuhan mereka (khususnya untuk biaya
konflik dengan Irak). Sandiwara besar abad 20 ini akhirnya terkuak, baik
Iran maupun Amerika menanggung malu. Lalu dengan entengnya Amerika
mengorbankan Kolonel Oliver Stone sebagai tokoh yang bertanggung-jawab
atas skandal memalukan itu.
[7]. Fakta besar yang tidak diragukan lagi, bahwa Iran memiliki reaktor
nuklir yang dikembangkan untuk kebutuhan energi dan militer. Hal ini
sudah tidak diragukan lagi. Berulang kali Amerika, Inggris, dan Sekutu
mengancam akan menyerang Iran. Tetapi hal itu tidak pernah terjadi,
bahkan tidak akan terjadi; karena mereka sebenarnya satu kepentingan.
Bandingkan, ketika Amerika mengancam negara-negara Muslim Sunni, seperti
Irak dan Afghanistan; sekali diancam, langsung dihajar, meskipun
akibatnya ekonomi Amerika mesti ambruk.
[8]. Di Indonesia, posisi Syiah selalu dibela oleh tokoh-tokoh
Liberalis, seperti Azyumardi Azra, Syafi'i Ma'arif, Dawam Rahardjo, Said
Aqil Siradj, bahkan Amien Rais. Belakangan, Mahfud MD ikut-ikutan
membela Syiah dan berlagak memojokkan kaum Sunni di Madura. Anda pasti
paham mengapa tokoh-tokoh Liberal ini selalu melindungi Syiah? Ya,
karena memang job description-nya, mereka harus membela Syiah.
[9]. Media cetak yang sangat giat membela Syiah sejak zaman Orde Baru
adalah majalah Tempo. Media ini punya peran besar dalam mempromosikan
citra positif Syiah di mata kaum Muslimin Indonesia; media ini
benar-benar telah banyak menyesatkan opini rakyat Indonesia, seputar
Syiah. Media ini sejak lama dikomandoi Goenawan Mohamad, salah seorang
jurnalis yang sejak lama disinyalir sebagai kaki tangan Amerika di
Indonesia.
[10]. Abdurrahman Wahid termasuk salah satu tokoh pro Zionis yang banyak
mendukung dan membela Syiah. Dia berdalih, "Membela minoritas." Tetapi
pada saat yang sama, dia justru sangat anti dengan minoritas aktivis
Islam, yang selalu menjadi bulan-bulanan politik Orde Baru dan Orde
Reformasi. Katanya membela minoritas, tetapi kok malah acuh tak acuh
dengan kezhaliman rezim terhadap para aktivis Islam yang sebenarnya
minoritas itu? Wahid sama sekali tidak pernah membela keluarga korban
Tanjung Priok, Talangsari Lampung, DOM Aceh, korban konflik Ambon,
korban konflik Poso, korban pembantaian Sampit (Sambas), tahanan politik
Muslim, bahkan tidak pernah membela tokoh-tokoh Petisi 50 yang notabene
kalangan umum. Di zaman Orde Baru, Wahid menjadi bagian dari anggota
MPR Fraksi Golkar, dan sangat mendukung kekejaman rezim terhadap para
aktivis Islam. Nah, itulah sosok "dajjal kecil" yang sering dielu-elukan
sebagai "pembela minoritas". Di zaman Orde Baru, posisi Syiah selalu
dalam pengawasan ketat; tetapi di era Wahid, atau tepatnya tahun 2001,
berdirilah IJABI, ormas Syiah pertama di Indonesia. Ormas ini juga
direstui si orang itu, sehingga di mata penganut Syiah, nama Wahid
begitu harum.
[11]. Berulang kali kita saksikan bagaimana Said Aqil Siradj membela
Syiah, melindungi Syiah, sembari tangan dan mulutnya terus-menerus
menyerang kaum Wahabi. Tapi lucunya, Said Aqil ini tidak berani
berhadap-hadapan dengan pengurus PWNU Jawa Timur, atau MUI Jawa Timur,
atau MUI Madura yang jelas-jelas telah memfatwakan kesesatan Syiah.
Pernah pengurus PWNU Jawa Timur datang ke kantor PBNU di Jakarta, untuk
menyerahkan fatwa Syiah sesat yang telah mereka sepakati. Waktu itu
mereka sudah siap audiens dengan pengurus PBNU, termasuk Si Said Aqil.
Sampai pertemuan selesai, Si Said tidak menemui para pengurus PWNU
Jatim. Alasannya, "Lagi macet di jalan." Inna lillahi wa inna ilaihi
ra'jiun. Said, Said...orang sepertimu kok beralasan "jalanan macet"?
Beberapa waktu lalu Said ini datang ke Amerika, berkunjung ke Bank
Dunia. Disana dia diberikan komitmen dukungan dana unlimitted, untuk
memerangi terorisme (yang nanti ujung-ujungnya tuduhan itu dia arahkan
ke Wahabi).
Kalau kembali ke momen pemilihan Ketua PBNU di Makassar, pada tahun
2010. Seminggu sebelum pemilihan ketua, dua kandidat calon ketua PBNU
dipanggil ke Cikeas untuk bertemu Pak Beye. Entahlah, apa yang dikatakan
Beye dalam pertemuan itu. Pokoknya setelah itu Shalahuddin Wahid
terlihat tidak semangat memperebutkan kursi Ketua PBNU. Dan akhirnya,
Said Aqil Siradj ini yang terpilih sebagai Ketua PBNU. Dulu di masa
kepemimpinan Wahid sebagai Presiden RI, Si Said ini amat sangat loyal;
sehingga berkali-kali dia menyerang Amien Rais dengan perkataan kasar.
Salah satunya, kurang lebih, "Itu warga NU di bawah, sedang mengasah
golok."
[12]. Di Indonesia berkali-kali terjadi kerusuhan bermotif isu agama.
Salah satunya dalam isu Syiah, seperti peristiwa Sampang, Bangil
(Pasuruhan), penusukan ustadz NU di Jember, dan lainnya. Tetapi SBY
rata-rata tidak pernah bersuara tentang kerusuhan ini. Jika ada
komentar, ia selalu memojokkan kalangan Sunni dan menguntungkan posisi
Syiah; seperti dalam komentar terakhir dia soal kasus Sampang kemarin.
Pertanyaannya, sebagai kepala negara, mengapa SBY tidak berusaha
melindungi akidah mayoritas kaum Muslimin di Indonesia yang bermadzhab
Ahlus Sunnah? Kok dia justru lebih peduli dengan kelompok minoritas
Syiah? Ya, kita tahulah, siapa SBY...
[13]. Ketika merebak isu "war on terror" di dunia, Indonesia gegap
gempita menyambut isu tersebut. Salah satu akibatnya, kesempatan
beasiswa belajar di Saudi diawasi sangat ketat. Sejak proses seleksi,
pemberangkatan, hingga kuota beasiswa itu, diawasi sedemikian rupa.
Banyak pelajar yang sedianya ingin belajar agama, merasa kesulitan.
Termasuk dalam urusan kerja, bisnis, dagang, dan lainnya. Tetapi
sebaliknya, kerjasama beasiswa, kunjungan tokoh, serta dakwah dengan
Iran justru semakin marak. Ribuan pelajar Indonesia saat ini lagi
nyantri di Iran; nanti kalau pulang mereka akan mendakwahkan agama
perbudakan manusia atas manusia yang lain (pada hakikatnya, setiap
pribadi Syiah adalah budak dari imam-imam Syiah di Persia).
[14]. Sampai detik ini, Amerika tidak pernah menjadikan para aktivis
Syiah sebagai sasaran "war on terror" sebagaimana mereka menjadikan kaum
Wahabi sebagai sasaran itu. Padahal kalau melihat "kampanye verbal"
dari para dai-dai Syiah, mereka TAMPAK sangat anti Amerika dan Zionis.
Kalangan Wahabi yang hati-hati saat bicara tentang Amerika, tidak
segan-segan diteroriskan; sedangkan aktivis Syiah yang sehari-hari
dzikirnya menyerang Amerika dan Zionis (tentu saja, dengan menyerang
para Shahabat dan isteri-isteri Nabi Radhiyallahu 'Anhum), tidak pernah
diapa-apakan. Coba lihat, dalam kasus Sampang kemarin, aktivis Syiah
membuat ranjau dari bom ikan dan paku-paku; tetapi Densus 88 tidak
pernah menyatroni rumah Tajul Muluk dan kawan-kawan.
[15]. Ketika sebagian aktivis Muslim
melakukan latihan militer, untuk persiapan jihad ke Palestina, pasca
terjadi Tragedi Ghaza 2008-2009 lalu; mereka segera ditangkapi dan
diposisikan sebagai teroris. Tetapi terhadap aktivis Syiah yang
melakukan latihan-latihan militer, tidak ada satu pun yang ditangkapi
aparat. Bahkan ada yang bilang, mereka dilatih oleh instruktur baret
merah. Jadi ini seperti lelucon yang terus diulang-ulang. Betapa
sensitif aparat keamanan kepada para pemuda Sunni, ketika mereka ingin
berjuang ke Palestina; tetapi tidak sensi sama sekali kepada
aktivis-aktivis Syiah yang terus menyusun kekuatan milisi.
Singkat
kata, eksistensi Syiah di Indonesia sangat sulit untuk ditertibkan
(apalagi dibubarkan), karena ia memang dilindungi oleh kekuatan Barat,
khususnya Amerika. Sebagaimana Barat membutuhkan paham Liberal untuk
merusak ajaran Islam, mereka juga merasa sangat diuntungkan dengan
eksistensi paham Syiah.
Siapapun
yang memeluk akidah Syiah Rafidhah secara sadar dan mengerti; dapat
dipastikan dia akan keluar dari Islam. Mengapa? Karena dalam akidah itu
mereka meyakini Al Qur'an tidak murni lagi; hak Kekhalifahan Ali sebagai
azas agama melebihi Tauhidullah; batalnya Syariat Islam, diganti
syariat perkataan pribadi imam-imam Syiah (yang tidak bisa dibuktikan
otentisitasnya); mereka mencaci-maki, menghina, menyerang pribadi
isteri-isteri Nabi dan para Shahabat Radhiyallahu 'Anhum; mereka
mengkafirkan Abu Bakar dan Umar, menganggap keduanya sebagai thaghut dan
kekal di neraka; mereka mengkafirkan Ahlus Sunnah, dan menghalalkan
harta, darah, dan kehormatannya; mereka menghalalkan nikah Mut'ah yang
telah diharamkan oleh Nabi dan para Shahabat; dan lain-lain keyakinan
sesat.
Inti keyakinan Syiah
Rafidhah, adalah kedurhakaan kepada Syariat Islam, mempertuhankan
imam-imam, menjadikan dendam politik sebagai akidah tertinggi,
mengkafirkan kaum Muslimin, menodai kehormatan para Shahabat yang
dicintai oleh Al Musthafa Shallallah 'Alaihi Wasallam; serta semua itu
dibungkus di balik kamuflase "mencintai Ahlul Bait Nabi". Masya Allah,
laa haula wa laa quwwata illa billah. Ini adalah keyakinan kufur,
sehingga siapa yang meyakini semua ini secara sadar; dia otomatis kufur.
Tidak berbeda sama sekali antara seorang Muslim yang masuk Kristen,
Hindu, Budha, dengan orang yang masuk Syiah Rafidhah (Imamiyah) ini.
Ada sebuah pernyataan aneh dari seorang tokoh ormas Islam tertentu. Komentar yang bisa saya sampaikan: "Pak, Pak...lewat pernyataan seperti
ini, kita seperti tidak pernah belajar agama saja. Bukankah konflik
Sunni-Syiah sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu, sejak dakwah Abdullah
bin Saba' dimulai? Sementara isu Zionisme itu kan baru kemarin-kemarin?
Masak sih, setiap ada isu konflik Sunni-Syiah, selalu dilarikan ke isu
Zionisme? Apakah itu maksudnya, supaya Ahlus Sunnah di Indonesia
diam-diam saja menghadapi semua provokasi dan kesesatan ajaran Syiah,
karena mereka berlindung di balik isu kontra Zionisme? Selagi
orang-orang sesat itu terus mencaci-maki kehormatan isteri-isteri Nabi
dan para Shahabat, jangan pernah bermimpi ada perdamaian antara Sunni
dan Syiah.
Perlu
dijelaskan sedikit kepada Anda. Di mata kaum Syiah, mencaci-maki isteri
Nabi dan para Shahabat adalah SOKO GURU akidah mereka. Demi Allah,
akidah Syiah dibangun di atas azas ini; sehingga kalau kita
berteriak-teriak selama ribuan tahun meminta Syiah untuk menghentikan
caci-makinya itu, niscaya ia tidak akan terlaksana. Karena inti
eksistensi Syiah ada disana. Sementara bagi kaum Muslimin (Ahlus
Sunnah), mencintai Ahlul Bait Nabi, mencintai isteri-isteri beliau,
mencintai para Shahabat beliau; hal itu juga merupakan AZAS AKIDAH Ahlus
Sunnah, setelah AZAS TAUHID dan AZAS SUNNAH. Menafikan azas ini bisa
berakibat kekafiran bagi pelakunya; sebab Allah Ta'ala telah menjadikan
isteri-isteri Nabi dan para Shahabat Nabi ridha kepada-Nya, dan Allah
pun ridha kepada mereka (Surat At Taubah 9:100). Lihatlah Surat An Nuur!
Surat ini andaikan kita boleh ikut menamainya, ia akan diberi nama
"Surat Aisyah". Mengapa? Karena sejak ayat 1 sampai ayat 26, isi surat
ini ialah pembelaan dari langit, dari Arasy tertinggi, terhadap kesucian
'Aisyah binti Abi Bakrin Radhiyallahu 'Anhuma dari tuduhan keji yang
dialamatkan kepadanya. Tidak ada di antara ummat Nabi Shallallah 'Alaihi
Wasallam, yang mendapat pembelaan sangat banyak dalam Al Qur'an, selain
Ummul Mukminin Radhiyallahu 'Anha tersebut. Lalu atas semua ini, Syiah
Rafidhah menjadikan sosok Aisyah Radhiyallahu 'Anha sebagai sasaran
caci-maki, laknat, dan kebencian.
Lalu di zaman modern ini, tiba-tiba
muncul sosok "pahlawan" yang ingin mendamaikan Sunni dan Rafidhah. Masya
Allah, seberapa kuat tangan, fisik, dan suara dia, untuk mendamaikan
PERTEMPURAN AKIDAH yang abadi ini? Allah Ta'ala meridhai isteri Nabi dan
para Shahabat; sementara Syiah Rafidhah mencaci-maki, menghina, dan
melaknati mereka. Jelas kaum Ahlus Sunnah berdiri di bawah bendera
Hizbullah (Keridhaan Allah); sedangkan Syiah Rafidhah berdiri di bawah
keridhaan dan hidayah iblis laknatullah 'alaih. Dan Hizbullah itulah
yang pasti menang!
Wahai Ahlus
Sunnah...Anda harus sadar sesadar-sadarnya, bahwa tidak ada yang sanggup
mengalahkan Anda, melemahkan Anda, atau meruntuhkan Anda. Karena Anda
berdiri di atas Al Haq. Anda berdiri di atas Syariat Islam yang suci,
Kitabullah dan Sunnah yang mulia, Akidah Tauhid yang kokoh; serta Anda
berdiri di atas Keridhaan Allah Ar Rahman, insya Allah wa bi idznihi.
Tidak ada yang sanggup mengalahkan Anda, siapapun diri mereka; apakah
Amerika, Inggris, NATO, nuklir Iran, jamaah Syiah Rafidhah seluruh
dunia, dan seterusnya. Karena kita (Ahlus Sunnah) ditolong oleh Ar
Rahmaan, lantaran selalu berpegang kepada Kesucian Syariat Islam, serta
memuliakan Ahlul Bait Nabi semurni-murninya, tanpa mengkultuskan dan
menodai hak-hak Uluhiyah dan Rubbubiyyah Allah Ta'ala.
Pegang
selalu kemurnian akidah Ahlus Sunnah, dan jangan dilepaskan karena
alasan apapun. Sekalipun kita mati, biarlah mati di bawah naungan
bendera SUNNAH NABI Shallallah 'Alaihi Wasallam. Jangan pernah lepaskan
akidah ini, wahai Ahlus Sunnah. Karena akidah inilah yang akan
menjadikan Islam tetap eksis di muka bumi; karena akidah inilah yang
akan menjadikan Syariat Islam yang suci tetap terpelihara; karena akidah
inilah yang akan menyatukan kita dengan barisan Sayyidul Mursalin,
isteri-isteri Nabi, para Khulafaur Rasyidin, para Shahabat, serta
imam-imam Ahlus Sunnah sepanjang masa, hingga hari ini.
Jangan
pernah dilepaskan, wahai Saudaraku. Bahkan bercita-citalah kalian untuk
mati dalam rangka membela BENDERA RASULULLAH sampai titik darah
terakhir! Adapun terhadap omongan eli-elit politik sesat, serta
bajingan-bajingan moral, abaikan saja. Semua itu tak akan memberi
madharat sedikit pun kepada Allah yang Maha Suci. Walhamdulillahi Rabbil
'alamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar