Apakah ada artinya logo atau simbol
bagi kita ? Mungkin ya, mungkin tidak. Ka’bah itu simbol penyatuan
kiblat umat Islam di seluruh dunia. Saat kita shalat, sudah pasti tidak
menyembah Ka’bah, walaupun shalat kita persis di depan Ka’bah. Kita
semua menyembah Allah, tidak pernah menyembah selainNya. Namun Ka’bah
diperlukan sebagai simbol yang menyatukan arah kiblat umat Islam seluruh
dunia. Ka’bah diperlukan sebagai simbol posisi kemana menghadapkan arah
saat shalat, kendati telah dinyatakan Allah bahwa laisal birra an tuwallu wujuhakum qibalal masyriqi wal maghrib,
bukanlah kebaktian itu menghadapkan wajahmu ke arah barat atau timur.
Ka’bah juga diperlukan untuk pusat penyatuan arah saat menunaikan ibadah
haji, dimana kaum muslimin menunaikan thawaf mengelilingi Ka’bah.
Dalam
konteks ini, kita mengatakan bahwa simbol itu penting. Simbol telah
menyatukan arah kiblat, pada suatu titik. Jika dilihat dari langit yang
paling atas, saat umat Islam seluruh dunia menunaikan shalat akan tampak
komposisi yang tentu sangat indah. Semua menghadap ke satu titik,
dimanapun mereka melakukan shalat. Dan titik itu adalah Ka’bah.
Dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta ini, Ka’bah tentu
hanya benda kecil, tiada arti dan tiada bandingannya sama sekali. Namun
dilihat dari segi makna, ternyata memiliki nilai yang sangat besar bagi
umat Islam. Jadi, Ka’bah itu penting. Satu sisi, kepentingannya karena
dinyatakan dalam Al Qur’an, namun pada sisi empiris, karena realitas
yang kita lihat Ka’bah telah mempertemukan kaum muslimin dari seluruh
dunia. Ka’bah bukan semata simbol, namun sekaligus esensi.
Dalam konteks bisnis, simbol yang dimiliki setiap perusahaan menjadi penting untuk kemudahan pemasaran. Tingkat awareness
masyarakat terhadap simbol produk atau simbol perusahaan sangat
menentukan daya saing di pasaran. Itulah sebabnya perusahaan rela
mengeluarkan banyak biaya untuk iklan, agar pasar semakin mengenal dan
akrab dengan ikon produk dan perusahaan masing-masing. Satu buah huruf
yang dipampang besar-besar di pinggir jalan, sudah mampu mengingatkan
masyarakat kepada produk atau perusahaan tertentu.
Dalam
konteks politik, simbol partai politik menjadi penting untuk bisa
dikenal dan dipilih masyarakat. Saat Indonesia menerapkan kebijakan tiga
partai politik peserta Pemilu, maka masyarakat mudah mengenal dan
mengingat simbol setiap parpol. Namun ketika parpol mencapai lebih dari
40, maka akan sangat sulit bagi masyarakat untuk menghafal satu persatu
simbol dan nama parpol yang ada. Maka bersainglah parpol mengenalkan
simbol, logo, warna dominan, nomor urut partai kepada msayarakat
pemilih. Kenyataannya, masyarakat banyak dibingungkan oleh warna dominan
yang sama atau mirip, simbol parpol yang mirip, yang membuat banyak
terjadi salah pilih. Dalam konteks ini, simbol juga menjadi penting,
walaupun yang lebih penting adalah kualitas dan kinerja parpol tersebut.
Jika
anda seorang tokoh masyarakat, atau seorang aktivis dakwah, atau
pekerja sosial, yang banyak bekerja dan berbuat untuk masyarakat, apakah
penting bagi anda untuk menciptakan simbol yang menyebabkan orang
selalu mengingat kerja dan kebaikan anda ? Simbol bisa anda buat dalam
bentuk nama yayasan, nama lembaga pendidikan, nama lembaga sosial, nama
lembaga kajian strategis, nama gang, nama jalan, nama kampung, nama
pesantren, nama perpustakaan, dan nama-nama lainnya yang berhubungan
dengan masyarakat. Simbol bisa anda buat dalam bentuk patung diri anda,
atau monumen yang memuat semua tanda jasa, tanda prestasi, tanda
penghargaan, tanda pengabdian anda kepada negara dan bangsa.
Memonumenkan
simbol tidak sulit di negara kita. Sangat mudah membuat Yayasan Fulan,
Museum Fulan, Jalan Fulan, Perpustakaan Fulan, atau Fulan Center. Apakah
ini salah ? Saya kira bukan soal benar atau salah, tapi soalnya adalah
apa yang kita inginkan dengan monumenisasi nama dan prestasi tersebut,
dan apa yang akan kita lakukan dengan monumen-monumen tersebut.
Seberapa
penting monumen bagi aktivitas kita ?
Untuk tujuan apa monumenisasi kita lakukan ?
Bagi
saya, karya yang paling monumental adalah kader. Begitu seseorang atau
suatu organisasi perjuangan telah mencetak kader yang siap meneruskan
garis perjuangan para pendahulu, itulah karya monumental. Kader dengan
sendirinya menjadi monumen hidup, yang siap mencetak karya berikutnya
dan kader berikutnya. Sepanjang sejarah perjuangan, bertebaranlah
kemilau karya dari para kader yang terus berbuat, terus bergerak, terus
berkontribusi di tengah masyarakat.
Nama
diri kita tidak dikenang orang, pekerjaan bertahun-tahun mencetak kader
tidak akan tertulis dalam buku sejarah, namun hasilnya sangat nyata dan
tak bisa diingkari keberadaannya. Kader menyebar cepat dan masuk ke
seluruh bidang kehidupan, menebar kebaikan, mencetak prestasi amal,
menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, harta bahkan jiwa mereka untuk
tercapainya tujuan perjuangan. Kader tidak perlu dimuseumkan, kader
tidak perlu disimbolisasi menjadi patung atau tugu monumen, karena kader
telah bekerja untuk mencetak prestasi amal, mencetak amal terindah yang
mampu mereka torehkan bagi peradaban.
Pekerjaan
mencetak dan membina kader tidak membuat anda menjadi terkenal dan
dikenal. Tidak akan diakses media, tidak akan dijadikan rujukan
pertanyaan wartawan. Berbeda dengan pekerjaan di ranah publik, yang
memungkinkan pelakunya menjadi terkenal bak selebritis. Kedua aktivitas
tersebut sama-sama diperlukan dalam kehidupan, dan tidak boleh
dipertentangkan satu dengan lainnya. Keduanya memiliki kontribusi
kebaikan bagi upaya mencapai tujuan perjuangan.
Suatu saat, Umar menyampaikan kepada para sahabat beliau, “Tamannau,
bersobsesilah kalian”. Maka para sahabat mulai menyampaikan obesesi
mereka. Ada yang mengatakan, ”Aku sangat ingin memiliki emas yang
memenuhi rumah ini untuk aku infaqkan fi sabilillah”. Sahabat lain juga
menyampaikan obsesi mereka masing-masing. Setelah semuanya menyampaikan,
mereka bertanya kepada Umar, ”Apakah obsesimu ya Amiral Mukminin”.
Jawab Umar, ”Aku sangat ingin rumah ini dipenuhi oleh kader sekualitas
Abu Ubaidah Al Jarrah”. Luar biasa obsesi Umar. Obsesi tentang kader
yang handal, kader yang berkualitas, namun juga kader yang banyak.
Kader
bisa menjadi simbol, apakah sebuah pergerakan memiliki kehidupan atau
sudah mati. Namun kader bukan hanya simbol, kader adalah esensi. Kader
yang banyak bisa didistribusikan potensinya di berbagai bidang, ada yang
di ranah publik, ada pula yang di ranah ”domestik”. Ada jenis pekerjaan
yang berorientasi publik dan oleh karena itu memerlukan tolok ukur dan
parameter publisitas. Ada jenis pekerjaan yang bercorak domestik dan
oleh karena itu sepi dari dunia publisitas. Keduanya saling bertautan
dan saling menguatkan. Pada keduanya diperlukan kader yang tepat. Pada
keduanya diperlukan kefahaman dan keikhlasan. Pada keduanya diperlukan
kesungguhan dan prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar