Keyakinan dalam Islam akan datangnya seorang pemimpin Besar di akhir jaman rupanya telah menjadi 'aqidah' yang tidak bisa dirubah lagi. Mereka meyakini sepenuh hati apa yang telah dinubuwatkan ini adalah sebuah kebenaran. Tidak demikian halnya dengan Saya pribadi, yang hingga saat ini masih meragukan keyakinan tersebut, walaupun saya tidak mempunyai dalil dalam mengingkari 'keyakinan' Al Mahdi ini.
Setelah sekian lama saya berusaha mencari kebenaran atas keyakinan ini, baik dari buku-buku, maupun artikel-artikel yang tersebar di Internet, guna memenuhi 'pembenaran' atas keyakinan saya terhadap hal ini. Saya menemukan beberapa artikel yang saya kira dapat melepaskan semua 'keraguan' saya dalam keyakinan agama yang saya anut ini, dan saya anggap sebagai sebuah pembenaran atas keraguan yang selama ini saya pendam. Sedikit banyaknya membuat saya senang dan semakin yakin bahwa keyakinan Islam atas pribadi ' Al Mahdi' ini adalah sebuah hal yang tidak patut dibenarkan. Itulah anggapan saya.
Sepatutnya memang tidaklah kita membenarkan 'akidah' semacam ini, hal ini karena kesalahan fatal yang
sengaja disusupkan ke dalam aqidah Islam oleh musuh-musuh Islam yang
tanpa disadari oleh umat Islam, kemudian diyakini sebagai sebuah
kebenaran aqidah tanpa diteliti lebih jauh. Imam Mahdi dalam Islam
sebenarnya merupakan sebuah Monomyth, dia tidak akan pernah muncul atau
datang. Istilah Monomyth (sering disebut sebagai pahlawan perjalanan)
seperti yang digunakan dalam bidang mitologi komparatif, mengacu pada
pola dasar yang konon ditemukan di banyak cerita di seluruh dunia. Ini
didistribusikan secara luas polanya, sebagaimana digambarkan oleh Joseph
Campbell dalam bukunya The Hero With Thousand Faces).
Bila kita kritisi, Imam Mahdi dalam
perspektif rasional tampak sulit diterima sebagai ajaran dari Nabi, dan
hal itu sendiri tidak terdapat didalam al-Quran maupun di dalam kitab
Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Memang, jika orang membaca hadits-hadits
Mahdiyyah hanya sepintas dan hanya beberapa buah hadits saja yang
ditelaahnya, tanpa mau membandingkan secara jeli dengan hadits-hadits
Mahdiyyah lainnya yang penuh kontroversial, tentunya dia akan
menerimanya dan mempercayainya sebagai sesuatu yang benar-benar datang
dari Nabi. Akan tetapi, jika dia mempelajarinya dengan sikap kritis
serta menghubungkannya dengan sejarah ummat Islam secara obyektif, maka
dia tidak akan menerima begitu saja pernyataan-pernyataan hadits
Mahdiyyah yang bertentangan dengan penalaran akal sehat.
Berikut ini kutipan dari beberapa pendapat mengenai hadits-hadits mengenai Mahdiyyah dari buku
berjudul "Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif" oleh: Drs.
Muslih Fathoni, M.A.
Pertama, pendapat Syaikh Muhammad Darwisy, yang mengatakan dalam bukunya Asna'ul-Matalib:
"Hadits-hadits Mahdiyyah semuanya adalah lemah, tidak ada yang dapat dijadikan pegangan, dan seorang tidak boleh terkecoh oleh orang yang (berusaha) mengumpulkannya dalam berbagai karyanya."
"Hadits-hadits Mahdiyyah semuanya adalah lemah, tidak ada yang dapat dijadikan pegangan, dan seorang tidak boleh terkecoh oleh orang yang (berusaha) mengumpulkannya dalam berbagai karyanya."
Kedua, pendapat Sayyid Ahmad,
seorang ahli hadits, dalam bukunya Ibrazul-Wahmil-Ma'mun, terutama
mengenai hadits Mahdiyyah yang dipegangi oleh golongan Ahmadiyah:
"Sungguh hadits Mahdiyyah ini, bukanlah
hadits da'if (lemah) sebagai yang dikatakan oleh si pengeritik hadits
(Ibn Khaldun) dan sekalipun (pengeritik) lain mengatakan yang demikian
itu, bahkan hadits itu batal, palsu dan dibuat-buat, tidak ada dasarnya
hadits itu dari ucapan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa sallam., juga bukan
ucapan Anas Ibn Malik, ataupun ucapan Hasan al-Basri."
Ketiga, pendapat Muhammad Farid Wajdi dalam karya besarnya, Da'iratul-Ma'arif al-Qarnil-'Isyrin, menyatakan:
"Maka sesungguhnya di dalam
hadits-hadits Mahdiyyah itu, tergolong (pernyataan) yang keterlaluan,
dan merupakan pukulan keras bagi sejarah, serta sangat berlebih-lebihan,
tidak memahami pelbagai persoalan manusia, dan jauh dari sunnatullah
(hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan untuk semua ciptaanNya), yang
dikenal oleh manusia. Pada mulanya pembaca tidak merasa, bahwa
hadits-hadits Mahdiyyah itu adalah hadits-hadits palsu yang sengaja
dibuat oleh tokoh-tokoh yang sesat, atau oleh para pendukung ('Ali)
untuk sebagian ahli propagandisnya yang menuntut kekhilafahan di Arabia
atau di Magrib (Afrika)."
Selain itu, Ahmad Amin juga berpendapat,
bahwa hadits-hadits Mahdiyyah itu merupakan hadits yang mengandung
cerita bohong, sebab dalam kisah kehidupan al-Mahdi telah dipenuhi
dengan cerita yang aneh-aneh dan kabar gaib tentang peristiwa zamannya.
Disamping itu, terdapat juga apa yang disebut al-Jafr yaitu ilmu ramalan
yang ditulis pada kulit lembu, tentang apa yang akan dialami oleh
Ahlul-Bait, dan menurut kaum Syi'ah, ramalan tersebut diriwayatkan dari
Ja'far as-Sadiq. Berita-berita aneh semacam itu, banyak juga terdapat
dalam kitab yang disebut kitab al-Malahim yang dimiliki oleh sebagian
ummat Islam. Anehnya berita-berita semacam itu oleh pengarangnya
dijadikan sebagai hadits, dan menghubungkannya dengan Rasulullah.
Sebagian lagi dihubungkan dengan Ahlul-Bait. Dan sebagian yang lain
menghubungkannya dengan Ka'ab al-Akbar dan Wahb ibn Munabbah.
Demikianlah pendapat sementara para
sarjana Muslim. Tampaknya mereka meneliti dan melihat dengan jeli
hadits-hadits Mahdiyyah itu, tidak hanya dari aspek 'ulumul-hadits atau
ilmu-ilmu hadits, akan tetapi juga menghubungkannya dengan aspek-aspek
sejarah yang obyektif, terutama sejarah ummat Islam itu sendiri. Dengan
cara seperti ini, seorang akan lebih selamat dan tidak mudah terjebak ke
dalam paham-paham yang keliru dan sesat. Hadits-hadits Mahdiyyah yang
kontroversial itu, rupanya merupakan akibat dari terjadinya persaingan
ketat antara kelompok-kelompok Muslim yang sedang berselisih pada saat
itu untuk merebut pengaruh yang lebih luas di bidang politik.
Kecenderungan politik yang didasari dengan paham agama, tampaknya
mendorong terciptanya paham keagamaan yang bermacam-macam Di saat
seperti itulah masing-masing pihak membuat hadits-hadits palsu tentang
al-Mahdi dengan berbagai versinya.
Selanjutnya mari kita telaah lebih jauh soal keyakinan atas kedatangan Imam Mahdi ini pada posting berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar