Semua Ulama Salaf mendapat fitnah dari Salafi Wahabi terhadap aqidah mereka, disebabkan oleh kesalah-pahaman Wahabi memahami hakikat Manhaj Salaf, betapa sedih ketika membaca buku atau artikel yang memuat aqidah Imam Syafi’i yang di tulis oleh para Wahabi, sadar atau tidak, tulisan mereka tentang aqidah Imam Syafi’ijustru menjadi fitnah terhadap Imam Syafi’i, yang menyedihkan lagi ketika mereka menulis biografi Imam Syafi’i,
di awal tulisan mereka memuji kehebatan Imam Syafi’i setinggi langit,
tapi di ujung tulisan mereka selipkan aqidah mereka yang mereka
nisbahkan kepada Imam Syafi’i, sementara Imam Syafi’i terlepas dari
aqidah mereka, trik ini mereka gunakan agar terkesan bahwa aqidah mereka
sama persis dengan Imam Syafi’i dan para ulama salaf lain nya, padahal
aqidah mereka sangat jauh berbeda dari aqidah ulama salaf, bagaikan
perbedaan langit dan bumi, sebagai bukti lihat perkataan Imam Syafi’i yang termaktub dalam kitab Ithaf as-Sadati al-Muttaqin.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata :
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق الـمكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه الـمكان لا يجوز عليه التغيِير فى ذاته ولا في صفاته
“Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat, maka Dia (Allah) menciptakan tempat, sementara Dia (Allah) tetap atas sifat azali-Nya, sebagaimana Dia (Allah) ada sebelum Dia (Allah) menciptakan tempat, tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya”. [Kitab Ithaf As-Sadati Al-Muttaqin –Jilid 2-halaman 36].
إنه تعالى كان ولا مكان
“Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat”
Maksudnya : Allah telah ada tanpa permulaan atau di sebut azali atau qadim, dan belum ada tempat seperti ‘Arasy, langit, bumi, dan segala makhluk lain nya, Allah ta’ala sudah sempurna dengan segala sifat-Nya yang azali sebelum ada apa pun selain-Nya, sifat-sifat dzat Allah tidak lantas bertambah ketika Allah menciptakan makhluk-Nya.
“Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat”
Maksudnya : Allah telah ada tanpa permulaan atau di sebut azali atau qadim, dan belum ada tempat seperti ‘Arasy, langit, bumi, dan segala makhluk lain nya, Allah ta’ala sudah sempurna dengan segala sifat-Nya yang azali sebelum ada apa pun selain-Nya, sifat-sifat dzat Allah tidak lantas bertambah ketika Allah menciptakan makhluk-Nya.
فخلق الـمكان وهو على صفة الأزلية
“maka Dia (Allah) menciptakan tempat, sementara Dia (Allah) tetap atas sifat azali-Nya”
Maksudnya : kemudian Allah menciptakan tempat, artinya bukan tempat Allah, tapi menciptakan makhluk-Nya yang di sangka itu adalah tempat Allah oleh orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah, tetapi Imam Syafi’i menepis prasangka tersebut, beliau berkata allah tetap atas sifat azali-Nya, artinya sekalipun setelah ada makhluk-Nya, Allah tetap bersifat dengan sifat-sifat azali-Nya, tidak ada sifat yang bertambah bagi Allah setelah adanya makluk-Nya, karena sifat yang baru ada setelah adanya makhluk itu juga termasuk makhluk.
“maka Dia (Allah) menciptakan tempat, sementara Dia (Allah) tetap atas sifat azali-Nya”
Maksudnya : kemudian Allah menciptakan tempat, artinya bukan tempat Allah, tapi menciptakan makhluk-Nya yang di sangka itu adalah tempat Allah oleh orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah, tetapi Imam Syafi’i menepis prasangka tersebut, beliau berkata allah tetap atas sifat azali-Nya, artinya sekalipun setelah ada makhluk-Nya, Allah tetap bersifat dengan sifat-sifat azali-Nya, tidak ada sifat yang bertambah bagi Allah setelah adanya makluk-Nya, karena sifat yang baru ada setelah adanya makhluk itu juga termasuk makhluk.
كما كان قبل خلقه الـمكان
“sebagaimana Dia (Allah) ada sebelum Dia (Allah) menciptakan tempat”
Maksudnya : Sebagaimana Allah ada sebelum adanya makhluk, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, begitu juga Allah dan sifat-Nya setelah adanya makhluk, adanya makhluk tidak dapat memberi pengaruh apa pun terhadap dzat dan sifat Allah, Allah maha sempurna jauh sebelum adanya makhluk.
“sebagaimana Dia (Allah) ada sebelum Dia (Allah) menciptakan tempat”
Maksudnya : Sebagaimana Allah ada sebelum adanya makhluk, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, begitu juga Allah dan sifat-Nya setelah adanya makhluk, adanya makhluk tidak dapat memberi pengaruh apa pun terhadap dzat dan sifat Allah, Allah maha sempurna jauh sebelum adanya makhluk.
لا يجوز عليه التغيِير فى ذاته ولا في صفاته
“tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya”
Maksudnya : tidak boleh (mustahil) ada perubahan pada dzat dan sifat Allah, tidak terjadi perubahan pada Allah bukan berarti itu kelemahan atau kekurangan Allah, tapi justru bila berubah, dapat menimbulkan kekurangan bagi Allah, karena Allah maha sempurna, berubah dari sempurna tentu dapat kekurangan bagi-Nya, dan setiap perubahan adalah makhluk, karena tidak ada yang dapat berubah dengan sendiri nya kecuali Allah yang menciptakan perubahan tersebut, sementara Allah adalah khaliq, bukan makhluk.
“tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Nya dan pada sifat-Nya”
Maksudnya : tidak boleh (mustahil) ada perubahan pada dzat dan sifat Allah, tidak terjadi perubahan pada Allah bukan berarti itu kelemahan atau kekurangan Allah, tapi justru bila berubah, dapat menimbulkan kekurangan bagi Allah, karena Allah maha sempurna, berubah dari sempurna tentu dapat kekurangan bagi-Nya, dan setiap perubahan adalah makhluk, karena tidak ada yang dapat berubah dengan sendiri nya kecuali Allah yang menciptakan perubahan tersebut, sementara Allah adalah khaliq, bukan makhluk.
Maka dengan memahami perkataan Imam Syafi’i di atas, dapat pula kita pahami Aqidah Imam Asy-Syafi’i bahwaImam Syafi’i meniadakan tempat bagi dzat Allah, Allah ada tanpa arah dan tempat, inilah hakikat aqidah ulama salaf, sangat bertolak-belakang dengan aqidah Salafi-Wahabi, yang menduga ‘Arasy adalah tempat persemayaman Tuhan,
padahal ‘Arasy juga makhluk-Nya, yang baru ada ketika diciptakan
oleh-Nya, dan sifat-sifat kesempurnaan Allah telah ada sebelum adanya
‘Arasy dan segala makhluk lain nya.
Maha suci Allah dari Arah dan tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar